Memang mbolang sehari itu seakan kurang memuaskan, lantaran langkah kaki tak selalu menjangkau setiap detail sudut kota.
Ingin rasanya bisa duduk di kursi paling depan pada acara flamenco show yang menampilkan tari khas Andalusia, dimana si cantik-cantik gemulai mengikuti irama energik senar gitar yang dipetik para musisi.
Ingin rasanya menikmati segelas coce with lemon sambil meletakkan pantat di pinggiran bentangan Playa de la Victoria yang memukau dengan birunya laut yang maskulin sampai-sampai diabadikan dalam sebuah film keren "Die Another Day".
Mbolang sehari dapat apa di kota Cadiz seindah ini?
Ditengahnya kerumunan suara pribumi berbahasa Spanyol, kulangkahkan kaki yang tak jemu mengiring pencarian jati diri. Kuabadikan rasa syukur itu dalam-dalam. Kuletakkan di hati yang ada ukiran namamu.
Kota yang terkunjungi di antara kota yang tersebar di Mediterania, Cadiz mengilhamiku untuk tidak ada alasan untuk tidak senantiasa mengucapkan Alhamdulillah.
Kuinjakkan kaki di sebuah tempat, tepatnya Eropa Barat yang ternyata sudah menjadi pusat populasi selama lebih dari tiga ribuan tahun.
Aku dalam tradisi sebagian duniawi penuh petualangan
Di usia muda yang menjadi cerita kemudian
Kota ini berkonstribusi padaku pada sebuah penaklukkan
Ego, dendam dan kesombongan
Sejenak kutinggal gerbang kathulistiwa
Mengibarkan layar di Bentala Raya
#cadiz - last cruise
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H