Memang sejak pertemuan dengan Bella beberapa waktu lalu konsumsi pulsa Manggih meningkat. Ada semacam kegiatan yang membuat sedikit orang iri. Dia terlihat sibuk menjawab SMS dan telepon. Nada penerima pesan inten berbunyi. Begitulah terkadang kelihatan sibuk itu juga dapat mengusik kenyamanan sekitar.
Liburan dari kapal tahun ini Manggih lebih sibuk dengan hal baru. Waktuku bersama keluarga, teman kampung  seperti terenggut.
"Wah sekarang Manggih sombong. Kita-kita gak diajak main". Masih banyak lagi ucapan bernada tidak puas datang dari teman di kampung.
Dalam hati kadang Manggih berfikir. "Tidak selamanya kita berada pada lingkup sosial itu-itu terus. Terkadang kita diharuskan keluar dari zona nyaman. Bergabung di lingkup sosial yang berbeda". Â
Ketika dunia pekerjaan telah ditekuni satu persatu relasi bertambah. Sehingga pada suatu saat kita akan meninggalkan sosial sebelumnya. Bukan berarti melupakan. Karena aktifitaslah yang bertambah. Tentunya untuk berbagi waktu tidak sama seperti dulu lagi. Sebagai gantinya kita akan menerima resiko untuk diperbincangkan. Dikatakan sombong, tidak setia kawan, sudah melupakan dan sebagainya.
Di bawah pohon akasia itu Manggih masih terduduk. Pos Kota yang dipegangnya menunjukkan tahun 2003. Berguman sendiri Manggih melepaskan nafas penatnya. "sewaktu bekerja bosen, giliran sudah liburan bosen juga". Dasar manusia!!!".Â
Tak berapa lama sebuah pesan sms masuk. Pesan  Bella akhir-akhir inilah yang menyita banyak perhatiannya. Memenuhi inbox yang sengaja tidak dihapusnya.
"Ka, jadi berangkat lagi kapan nich, Ke Negara mana lagi next contract?". Â
Biasanya perasaan Manggih tak enak jika ditanya kapan akan berangkat ke kapal lagi. Pertanyaan yang hanya mengingatkan akan rutinitas pekerjaan di luar sana. Bella yang bertanya kok beda perasaannya.
Demikianlah hari-hari Manggih makin terwarna sejak kehadiran Bella. Liburan tiga bulan itu terasa cepat sekali. Padahal kalau di kapal bisa saja dirasa lama. Inilah lagi-lagi penyakit tidak puas diri si manusia. Menikmati enak itu selalu kurang sedang mendapati hal yang kurang enak seperti enggan. "Dasar manusia!!!", Manggih justru mengutuk keadaan dirinya dengan bahasa khasnya "dasar manusia!!!".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H