Manggih mengimbangi antusias pak Ben. Semangat ia menjelaskan bahwa bekerja di kapal pesiar itu totally berbeda dengan bayangan. Akan ada hari-hari yang tidak selalu indah. Bukan karena tidak bisa bekerja, tetapi karena rutinitas. Tiap hari dijalaninya sama dan sama. Tidak ada hari libur. Kejenuhan itu yang sekali tempo menjadikan suasana hati kusut. Topik klasik yang menjadikan terlempar di atas geladak bertahun-tahun adalah  dollar.Â
"Keliling dunia? Ya, itu juga menjadi salah satu anugrah dan bagian dari perjalanan waktu di kapal pesiar". Â Manggih nerocos cerita.
"Emang pacarnya nggak kangen kak, kalau ditinggal lama gitu?". Perempuan yang sejak tadi paling serius memperhatikan ulasan tampak mengangkat bicara dan mengajukan pertanyaan yang tak disangka oleh Manggih. Dia duduk di dekatnya.
"Aku yakin cewek itu akan tidak terima kalau kutinggal lama, dan aku yakin susah sekali meyakinkannya bahwa berangkatku ke kapal itu untuk kembali. Untuk sementara. Tapi yang jadi soal ceweknya itu yang gak ada ... he he he". Sekenanya Manggih menjawab.
Panjang lebar perbincangan siang itu. Pendopo Kafe itu agak berbeda dirasa Manggih. Banyak wajah baru. Â Orang-orang dari MedWist kali ini bisa dikatakan adik kelasnya jauh. Mereka adalah orang-orang yang sangat antusias untuk bisa bekerja di kapal pesiar. Persis seperti yang dirasakannya sewaktu di belajar di MedWist dulu.Â
Perempuan yang duduk di samping Manggih itu ternyata bernama Bella. Dia yang tampak paling serius memperhatikan tiap ucapanya. Jelas hal itu sempat membuyarkan konsentrasi. "Kenapa adik kelasku ini cantik banget?". Batinnya.Â
Bella merupakan sisiwi MedWist yang terlihat tekun dalam setiap pelajaran atau setiap kegiatan kampus. Bahkan banyak acara non formil  yang dapat diikuti. Kesempatan kerja sebagai casual worker di hotelpun dihajarnya. Tak heran jika Bella makin lancar materi hotelnya. Juggling dikuasainya. Memasak western food juga mantap sekali. Buah ketekunan belajar memang menjadikan unggul.
Selain cantik Bella cenderung supel dan aktif. Menurutnya segala sesuatu itu perlu dipelajari. Bukan hanya untuk komersil semata melainkan bisa untuk menyalurkan hobi. Siang itu Bella memang terlihat paling antusias.
Ada yang menjadi kesan mendalam dari kejadian  siang tadi. Manggih merasa sebuah keberhasilan itu akan dirasa ketika langkah maju itu sedikit lebih dulu dari pada yang lain. Pengalaman berhasil kerja di kapal pesiar nyata bisa dirasa. Manggih tetap merasa berkesan dengan perempuan bernama Bella tadi.  Dialah orang yang mau serius bertanya tentangnya, tentang perjalanannya, tentang hari-harinya di kapal. Pokoknya siang itu Manggih bagai bergulung-gulung di hamparan bunga. Hatinya ikut berbunga.
Singkat dan sepele pertemuan siang itu adalah  perjumpaan pertama kali dengan Bella. Pertemuan yang kelak memberi spirit baru dalam melangkahkan kaki.
"Kak Manggih, Bella bisa minta no telp gak, ntar Bella pengen konsultasi lebih detail tentang Holland America Line, boleh gak?". Sambil mengeluarkan handphone Bella memohon. Keduanya lalu bertukar nomer telepon.
"Ok dech". Manggih segera mengeja nomor telphonenya sekaligus menyimpan nomor Bella. Setelah berpamit diri Manggih segera beranjak. Menyadari bahwa dia ada janjian dengan seseorang di lobby MedWist.Â
"Makasih kak, keep in touch ya ...!". Seru Bella terakhir.
"Ok dech ... thanks semuanya, pak Ben thanks!". Sambil melambaikan tangan tanda pergi Manggihpun berlalu.
....BERLANJUT...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H