Halo Kompasianers.
Siapa nih di sini yang selalu berburu takjil untuk berbuka puasa di bulan Ramadhan?
Berburu takjil yaitu mencari makanan dan minuman untuk berbuka puasa. Biasanya orang-orang yang berpuasa berburu takjil ketika waktu mendekati berbuka puasa, sekitar jam 4 sampai 6 sore.Â
Nah. Namun, pada saat sekarang, tradisi berburu takjil ini tidak hanya menjadi bagian penting dari umat Muslim saja tetapi juga semakin banyak diminati oleh non Muslim. Sehingga membuat umat Muslim kewalahan dan sering kehabisan ketika berburu takjil.
Karena mereka selalu awal dalam berburu takjil ketimbang umat Muslim yang lagi puasa. Ini merupakan hal unik terjadi sekarang sampai-sampai viral dan menjadi perbincangan di platform media sosial, seperti TikTok, Instagram, dan lainnya.
Komentar-komentar kocak dari netizen pun bermunculan ketika melihat fenomena tersebut. Salah satunya ketika akun @folkative memposting tentang fenomena tersebut.
"Kirain cinta doang yang beda agama, ternyata berburu takjil pun saingannya juga beda agama" ucap akun @edgarfatahillah.
Ada juga cerita dari akun tiktok @pengabdi.matcha ketika mengomentari salah satu postingan akun tiktok.
"tadi pas kelas temen gw yg nonis nyeletuk "lo mau daftar masjid yg bagi2 takjil gratis ga? gw ada nih" LAH GW AJA GA PUNYA LIST NYA WOYY" ucapnya dengan memberikan emot menangis.
Ada banyak faktor yang menjadi alasan mengapa umat non Muslim juga ikut berburu takjil di bulan Ramadhan.
Faktor yang pertama, mencicipi keanekaragaman kuliner.
Salah satu alasan utama non Muslim ikut berburu takjil adalah untuk mencicipi keanekaragaman kuliner yang ditawarkan selama bulan Ramadhan. Takjil adalah makanan ringan dan minuman yang beragam, mulai dari kolak, es buah, kurma, hingga gorengan, yang memiliki rasa yang lezat dan unik.
Selanjutnya yang kedua, menunjukkan solidaritas dan dukungan.
Partisipasi non muslim dalam berburu takjil juga dapat dianggap sebagai bentuk solidaritas dan dukungan terhadap praktik keagamaan dan budaya umat Muslim. Ini merupakan wujud nyata dari semangat inklusivitas dan penghargaan terhadap perbedaan.
Yang ketiga, membangun hubungan sosial.
Berburu takjil tidak hanya tentang mencari makanan dan minuman, tetapi juga tentang membangun hubungan sosial dengan sesama. Bagi non Muslim, ini adalah kesempatan untuk berkumpul bersama teman-teman dan keluarga dalam semangat kebersamaan dan persahabatan.
Keempat, menikmati suasana ramadhan.
Bulan Ramadhan memiliki suasana yang unik dan penuh berkah yang mungkin tidak dialami oleh non Muslim sepanjang tahun. Berpartisipasi dalam tradisi berburu takjil memungkinkan mereka merasakan atmosfir Ramadhan dan mendapatkan pengalaman yang berharga. Apalagi momen ini cuma sekali setahun dapat dirasakan. Jadi mereka memanfaatkan momen tersebut.
Selain itu, partisipasi non Muslim dalam berburu takjil juga berdampak positif antarumat beragama.
Yang pertama, memperkuat persahabatan antarumat veragama
Partisipasi non Muslim dalam berburu takjil membantu memperkuat persahabatan dan hubungan antarumat beragama dalam masyarakat. Ini mempromosikan toleransi, saling pengertian, dan kerjasama yang positif.
Yang Kedua, membangun jembatan antarbudaya.
Berpartisipasi dalam tradisi berburu takjil memungkinkan non Muslim untuk memahami lebih dalam tentang budaya dan kepercayaan umat Muslim. Ini membantu membangun jembatan antarbudaya dan memperluas wawasan mereka tentang keberagaman masyarakat.
Yang ketiga, mendorong dialog dan pemahaman.
Partisipasi non Muslim dalam berburu takjil dapat memicu dialog yang terbuka dan pemahaman yang lebih baik antara berbagai kelompok agama dan budaya. Ini membantu mengurangi stereotip dan prasangka yang mungkin ada di masyarakat.
Dan yang keempat, Membuat tradisi lebih inklusif.
Dengan menerima partisipasi non Muslim dalam tradisi berburu takjil, masyarakat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan ramah terhadap semua orang, tanpa memandang latar belakang agama atau budaya mereka.
Partisipasi non Muslim dalam tradisi berburu takjil selama bulan Ramadhan merupakan contoh nyata dari semangat inklusivitas, toleransi, dan kebersamaan dalam masyarakat. Fenomena ini tidak hanya memperkuat persahabatan antarumat beragama, tetapi juga membangun jembatan antarbudaya dan mendorong dialog yang positif. Dengan menerima keberagaman dan menghargai perbedaan, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih harmonis, damai, dan bersatu dalam menghadapi tantangan zaman modern seperti sekarang ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H