Sebuah keluarga adalah tempat prinsip-prinsip ditempah dan diasah di atas landasan hidup sehari-hari.Charles R. Swindol
'Nak, sebelum makan cuci tangan dulu ya!' Sebuah panduan wajib orang tua kepada anakanya ketika hendak makan. Titah yang harus diturunkan setiap orang tua kepada anaknya mengingat mayoritas orang Indonesia makan menggunakan tangan.
'Nak, berdoa dulu!' Ketika si anak belum menyantap makanannya, orang tua yang bijaksana tidak pernah lupa mengingatkan atau bahkan memandu anaknya untuk berdoa. Doa sebagai ucapan syukur dan terima kasih.
Karakter anak merupakan cerminan dari karakter orang tua. Dang dao tubis sian bonana falsafah batak yang menggambarkan sesungguhnya karakter anak tidak jauh dengan orang tua. Karakter seorang anak terbentuk seturut bagaimana orang tua atau keluarga mendidiknya. Keluarga merupakan abstraksi dan ideologi (Sussman & Steinmetz).
Orang tua sebagai pemegang hirarki tertinggi dalam sebuah keluarga tentunya mempunyai peranan penting dalam membentuk karakter dan prinsip setiap anggota keluarga. Untuk itu, sebuah keluarga harus mampu sebagai wadah mendidik, mengasuh & mensosialisasi anak serta mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya. Keluarga harus mampu melahirkan generasi yang bermanfaat bagi masyarakat.
Keluarga merupakan unit yang tidak terpisahkan dari kehidupan bermasyarakat. Individu-individu dalam sebuah keluarga harus bisa menjalankan fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat. Menjadi bagian dari komunitas sosial seperti masyarakat setiap individu tentunya harus siap akan segala dampak sosial yang ditimbulkan seperti gaya berpakaian, globalisasi, teknologi dan sebagainya.
Karakter dan prinsip yang telah didapatkan dari keluarga tentunya akan membantu seorang anak untuk masuk dalam komunitas masyarakat. Seorang anak diharapkan mampu larut tapi tidak tenggelam dalam mengikuti perkembangan. Trend mau tidak mau harus dihadapi akan tetapi jangan sampai tenggelam dan tidak mampu mengontrol diri.
Keluarga dalam cengkraman sosial media
Dewasa ini trend media sosial menjadi hal yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan keluarga. Trending topic, viralhingga bullying menjadi bahasa sosial media menjadi akrab dalam sebuah keluarga. Instagram, facebook, BBM, whatsapp, line selalu setia menemani kehidupan sehari-hari. Era dunia tanpa batas. Memiliki dampak positif dan negatif.
'Dad, Nata berangkat sekolah ya!' isi WA Renata yang dikirim kepada ayahnya pagi sebelum berangkat sekolah. Renata pagi itu berangkat ke sekolah ketika Ayahnya berada di lantai dua rumah mereka. Sebuah hal yang wajar ketika seorang anak pamit kepada orang tuanya ketika hendak berangkat ke sekolah. Tapi bukan dengan cara yang dilakukan oleh Renata kepada Ayahnya, seharusnya anak gadis itu menghampiri sang ayah lalu menyalimnya layaknya kebiasaan orang Indonesia. Setiap keluarga memang punya cara masing-masing dalam membangun sebuah komunikasi, komunikasi lewat media sosial memang memangkas jarak akan tetapi interaksi secara langsung antara Ayah dan anak dalam sebuah keluarga juga ikut dipangkas. Komunikasi lewat media sosial tentunya akan berdampak pada psikologi dan kedekatan emosional antar orang tua dan anak. Untuk itu, sebuah keluarga harus menjadi tempat berkumpul, berinteraksi, berdaya, serta peduli dan berbagi.
Sebuah keluarga era digital akrab dengan group sebuah media sosial seperti group WA, Line, BBM. Sebuah group private yang dihuni anggota keluarga. Sebuah kecanggihan yang menjadi keluarga begitu dekat, berbagi gambar, voice note dan teks antar sesama keluarga. Seketika group akan begitu ramai, tiba-tiba group menjadi sepi dan siklus ini biasa dalam sebuah group keluarga. Tidak ada yang salah, tetapi harus disadari kehangatan dalam sebuah group media sosial seolah-olah menghipnotis bahwa keluarga begitu dekat akan tetapi mereka berada dalam jarak yang cukup jauh. Keluarga terjebak dalam dunia abstrak.
Keluarga tidak akan pernah lepas dari interaksi. Kehangatan maya dalam group media sosial harus mampu dikonversi dalam wujud makam malam bersama. Ayah, Ibu dan anak. Duduk bersama di atas gelaran tikar. Seorang Ayah akan memimpin doa sebelum mereka bersantap. Sebuah karakter dan prinsip akan tertanam dengan sendirinya karena di atas gelaran tikar ada kehangatan sebuah keluarga, nasihat orang tua dan curhatan anak.
Membangun karakter seorang anak dalam keluarga tentunya terbentuk dalam interaksi secara nyata dalam sebuah keluarga. Sosial media memang membantu sebuah keluarga dalam komunikasi, akan tetapi harus diimbangi dengan interaksi secara langsung.
Anak dan Sosial Media
Generasi millenial merupakan yang akrab dengan media sosial. Anak gaul, anak trendy dan anak jaman. Status yang didapat ketika akrab dan mampu mengikuti trend. Seorang anak akan memiliki kecenderungan bangga ketika postingan di Instagram miliknya memiliki ribuaan likes atau mampu menjadi viral. Terkadang membuat si anak larut dan merasa ribuan likes lebih luar biasa dari prestasi akademis.
Media sosial adalah candu. Ada candu yang berbuah positif dan juga negatif. Dalam interaksi maya ini kita akan sering menemukan curhatan, makian, postingan gambar hingga bullyng. Media sosial juga akan dengan mudah memprovokasi hingga menimbulkan kegaduhan di dunia nyata.
Sikap candu media sosial dalam konten negatif harus mampu dibentengi keluarga. Keluarga harus mampu menjadi tempat terbaik untuk curhat seorang anak, seorang ayah atau ibu harus mampu menasehati anaknya supaya tidak terlalu gampang memainkan jarinya untuk menuliskan makian.
Sebuah keluarga harus mampu memberikan ruang dan batasan bagaimana menggunakan media sosial yang benar. Prinsip hidup dan karakter yang didapatkan dalam sebuah keluarga akan menuntun seorang anak untuk mampu membedakan mana gambar yang bersifat private dan umum yang dapat di posting dalam sebuah media sosial.
'Ayo berdonasi' kutipan dalam postingan Instagram. Media sosial juga menampilkan banyak konten positif. Postingan di sebuah media sosial akan dengan mudah mengorganisir netizen untuk berbagi dengan sesamanya.
Keluarga Indonesia harus mampu mengajarkan kepada anak bahwa sikap berbagi dengan sesama adalah hal positif yang harus ditanamkan dalam diri dan dilakukan.
Keluarga adalah pilar utama dalam dalam pembangunan sumber daya manusia. Hal ini senada dengan sambutan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani, pada puncak peringatan Harganas XXIV Tahun 2017 di Provinsi Lampung 15 Juli 2017 dimana menegaskan akan pentingnya pembangunan kualitas manusia dan keluarga merupakan pilar utama pembangunan sumber daya manusia.
Ketika sebuah keluarga mampu menanamkan prinsip dan karakter pada setiap anggota keluarganya maka mereka akan mampu memberikan sumbagsih positif dalam kehidupan bermasyarakat. Anggota keluarga yang memiliki prinsip religius, jujur, toleran, kreatif, peduli lingkungan dan sosial serta bertanggung jawab merupakan ciri keluarga yang berketahanan yang mampu membangun karakter bangsa.
Penanamankan prinsip dan karakter sejak dini dalam keluarga tentunya sejalan dengan tema Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) saat merayakan Hari Keluarga Nasional (Harganas) tahun 2017 "Dengan Hari Keluarga Nasional Kita Bangun Karakter Bangsa Melalui Keluarga Yang Berketahanan"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H