Keluarga tidak akan pernah lepas dari interaksi. Kehangatan maya dalam group media sosial harus mampu dikonversi dalam wujud makam malam bersama. Ayah, Ibu dan anak. Duduk bersama di atas gelaran tikar. Seorang Ayah akan memimpin doa sebelum mereka bersantap. Sebuah karakter dan prinsip akan tertanam dengan sendirinya karena di atas gelaran tikar ada kehangatan sebuah keluarga, nasihat orang tua dan curhatan anak.
Membangun karakter seorang anak dalam keluarga tentunya terbentuk dalam interaksi secara nyata dalam sebuah keluarga. Sosial media memang membantu sebuah keluarga dalam komunikasi, akan tetapi harus diimbangi dengan interaksi secara langsung.
Anak dan Sosial Media
Generasi millenial merupakan yang akrab dengan media sosial. Anak gaul, anak trendy dan anak jaman. Status yang didapat ketika akrab dan mampu mengikuti trend. Seorang anak akan memiliki kecenderungan bangga ketika postingan di Instagram miliknya memiliki ribuaan likes atau mampu menjadi viral. Terkadang membuat si anak larut dan merasa ribuan likes lebih luar biasa dari prestasi akademis.
Media sosial adalah candu. Ada candu yang berbuah positif dan juga negatif. Dalam interaksi maya ini kita akan sering menemukan curhatan, makian, postingan gambar hingga bullyng. Media sosial juga akan dengan mudah memprovokasi hingga menimbulkan kegaduhan di dunia nyata.
Sikap candu media sosial dalam konten negatif harus mampu dibentengi keluarga. Keluarga harus mampu menjadi tempat terbaik untuk curhat seorang anak, seorang ayah atau ibu harus mampu menasehati anaknya supaya tidak terlalu gampang memainkan jarinya untuk menuliskan makian.
Sebuah keluarga harus mampu memberikan ruang dan batasan bagaimana menggunakan media sosial yang benar. Prinsip hidup dan karakter yang didapatkan dalam sebuah keluarga akan menuntun seorang anak untuk mampu membedakan mana gambar yang bersifat private dan umum yang dapat di posting dalam sebuah media sosial.
'Ayo berdonasi' kutipan dalam postingan Instagram. Media sosial juga menampilkan banyak konten positif. Postingan di sebuah media sosial akan dengan mudah mengorganisir netizen untuk berbagi dengan sesamanya.
Keluarga Indonesia harus mampu mengajarkan kepada anak bahwa sikap berbagi dengan sesama adalah hal positif yang harus ditanamkan dalam diri dan dilakukan.
Keluarga adalah pilar utama dalam dalam pembangunan sumber daya manusia. Hal ini senada dengan sambutan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani, pada puncak peringatan Harganas XXIV Tahun 2017 di Provinsi Lampung 15 Juli 2017 dimana menegaskan akan pentingnya pembangunan kualitas manusia dan keluarga merupakan pilar utama pembangunan sumber daya manusia.
Ketika sebuah keluarga mampu menanamkan prinsip dan karakter pada setiap anggota keluarganya maka mereka akan mampu memberikan sumbagsih positif dalam kehidupan bermasyarakat. Anggota keluarga yang memiliki prinsip religius, jujur, toleran, kreatif, peduli lingkungan dan sosial serta bertanggung jawab merupakan ciri keluarga yang berketahanan yang mampu membangun karakter bangsa.