Mohon tunggu...
Fibrisio H Marbun
Fibrisio H Marbun Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan kaki

Tertarik dengan sepakbola, sosial budaya, dan humaniora.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Ruang dan Waktu

17 Januari 2015   19:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:56 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang Ibu akan penuh haru ketika sang bayi yang baru dilahirkan meneteskan air mata sembari menangis untuk pertama kali. Begitu pula dengan sang lelaki yang menjadi ayah dari bayi tersebut dia akan merasa haru karena telah menjadi lekaki sesungguhnya. Tetapi apapun itu, perlu kita ketahui hal ini akan menjadi sumber kebahagiaan ketika semuanya berlandaskan cinta dan kasih sayang. Kelahiran seorang bayi tidaklah menyoal tangisan dan air mata tetapi dia akan menjadi sumber bahagia bagi Ibu dan Ayahnya.

Sebuah hal sederhana yang bisa dilukiskan dari kisah dua insan manusia yang memilih jalan hidup untuk menjadi seorang Ibu dan Ayah tentunya didahului perjalanan kisah baik itu kisah yang dicatatkan tentang kebahagiaan maupun kesedihan. Perjalanan ini tentunya tidak segampang membalik telapak tangan atau segampang melukiskan kisah dalam sebuah lirik lagu. Penuh perjuangan bukan?

Kisah sederhana namun penuh makna ini tentunya didahului dari “mimpi” kedua insan tersebut. Oleh karenanyalah tak jarang kita membaca sebuah catatan yang menceritakan pertengkaran, kebencian, hingga permusuhan diantara insan tersebut. Tetapi meskipun demikian tidak bisa dipungkiri hal tersebut hanyalah sebuah kisah sebelum sampai ke tujuan yang sesungguhnya yaitu kebahagiaan. Setiap insan diberikan ruang dan waktu untuk saling mengenal dan berbagi kebahagiaan dengan insan lainnya. Tetapi kita harus sadar sesungguhnya ruang dan waktu yang diberikan tidak semua memberikan jaminan bahwa kita akan menemukan kebahagiaan disaat yang bersamaan pula. Terkadang harus ada rasa ikhlas untuk merelakan waktu yang telah begitu lama sebelum kita diberi ruang lagi untuk menemukan kebahagiaan kita.

Hal ini memang tidak sesederhana atau seindah lirik lagu. Akan terasa sulit memang ketika telah banyak menghabiskan waktu tetapi harus merelakannya menjadi sebuah kisah. Memang sulit, tetapi akankah kita rela mengorbankan kebahagiaan kita? Ataukah kita akan bangkit lagi dan mencari ruang untuk menemukan kebahagiaan kita. Sesungguhnya kita harus menemukan kebahagiaan kita.

Sang guru mengajarkan kepada setiap insan untuk selalu memiliki pengharapan. Karya sastra juga memberikan kiasan “seribu jalan ke roma”. Sangat sederhana kata-kata bukan? Tetapi sesungguhnya memiliki makna yang sangat mendalam dan memberikan motivasi bagi setiap pembacanya. Untuk itu mari temukan ruang dan waktu kita sebab mencari dan menemukan kebahagiaan hak setiap insan.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun