Kasus hilangnya kontak seorang dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB) menyoroti masalah yang lebih besar dari sekadar persoalan pribadi. Isu beban kerja yang tinggi dan masalah keluarga yang rumit dapat menjadi penyebab utama, yang juga bisa dikaji melalui teori-teori sosiologi, khususnya yang berkaitan dengan fungsi keluarga.
Beban kerja dosen sering kali lebih berat dari yang tampak di permukaan. Tugas mengajar, meneliti, mengabdi kepada masyarakat, hingga beban administrasi merupakan bagian yang melekat pada profesi ini. Pada beberapa kasus, dosen juga diharapkan untuk mengikuti berbagai pelatihan, seminar, dan menulis publikasi ilmiah yang menambah tekanan terhadap waktu dan energi yang mereka miliki. Jika tidak dikelola dengan baik, beban ini bisa memicu stres kronis.
Dalam kasus dosen FISIP UB yang hilang kontak, tidak menutup kemungkinan bahwa stres akibat tuntutan pekerjaan bisa menjadi faktor penyebab. Sebuah studi tentang kesejahteraan mental akademisi di Indonesia menunjukkan bahwa tekanan pekerjaan yang berlebihan dapat memicu masalah psikologis seperti depresi, kecemasan, dan burnout. Kondisi ini membuat seseorang sulit untuk berfungsi secara normal dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam interaksi sosial dengan keluarga dan rekan kerja.
Dalam konteks masyarakat modern yang semakin kompleks, tekanan kerja semakin meningkat dan ekspektasi terhadap produktivitas semakin tinggi. Oleh karena itu, sangat penting untuk tidak hanya menjaga fungsi keluarga, tetapi juga memastikan bahwa institusi tempat seseorang bekerja memperhatikan kesejahteraan emosional dan mental para anggotanya.
Kasus hilangnya kontak dosen FISIP UB menjadi peringatan bagi kita semua tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Masalah keluarga dan beban kerja bukanlah isu yang bisa dianggap remeh, karena keduanya memiliki potensi besar untuk mempengaruhi kesehatan mental seseorang.Â
Fungsi keluarga yang ideal harus mampu memberikan dukungan afektif dan emosional yang dibutuhkan, sementara tempat kerja perlu menyediakan lingkungan yang sehat dan suportif. Kombinasi yang seimbang antara kedua hal ini dapat membantu individu mengatasi stres dan tantangan hidup dengan lebih baik, serta mencegah terjadinya krisis pribadi yang lebih serius di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H