Mohon tunggu...
Fian Fian
Fian Fian Mohon Tunggu... Jurnalis - Si vis pacem, para bellum

Qui ascendit sine labore, descendit sine honore

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bencana Alam, Senjata Mutakhir Masa Depan, Mungkinkah?

3 November 2019   17:35 Diperbarui: 3 November 2019   17:44 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih Relevankah Konvensi Jenewa 4?

ubungan Internasional dan politik bukanlah ilmu yang tetap, akan tetapi ia adalah ilmu yang terus berkembang dan mengikuti zamannya. Hukum Humaniter Internasional yang berpacu pada Konvensi Den Haag dan Konvensi Jenewa yang mengatur hukum perangpun telah meluas ranahnya. 

Saat ini, humaniter tidak hanya membahas pembatasan akibat perang, melainkan juga bagaimana membantu korban di lapangan bencana alam.
Sampai detik ini, belum ada payung hukum yang mempu mengayomi dan melandasi bencana alam buatan ini. Maka diperlukan pembaharuan-pembaharuan untuk meberikan perlindungan lebih karena hukum perang saat ini tidak cukup lagi.

Urgensi Keseimbangan Nurani dan Akal Manusia

Saat ini, konflik bersenjata telah mengalami perluasan terutama dari segi cara, salah satunya adalah perluasan ke ranah bencana alam.  Tuhan telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya penciptaan karena manusia disempurnakan dengan akalnya.

Ketika akal tersebut digunakan secara adil dan ditempatkan pada tempatnya, maka secara otomatis akal tersebut akan menghasilkan suatu manfaat. Akan tetapi, jika akal tersebut tidak ditempatkan pada tempat sesuai, maka akan menghasilkan madarat atau bencana bagi makhluk hidup lainnya.

Ada kemungkinan jika manusia bisa menciptakan bencana alam, maka itu merupakan sebuah ujian. Mengapa disebut sebagai ujian? karena manusia akan diuji apakah ia mampu mengendalikan nafsunya atau tidak. Salah satu solusi melewati ujian tersebut adalah otak manusia harus juga diimbangi dengan nurani (domir).

Akan tetapi, tidak selamanya manusia bisa menyeimbangkan kedua anugerah titipan Tuhan tersebut. Ketika nafsu dan obesesi telah memenuhi ruang hati manusia dan mengalahkan nurani, maka manusia tersebut akan mengganggu hak manusia lainnya. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? karena pada hakikatnya kebebasan manusia bersifat terbatas karena dibatasi oleh hak manusia lainnya.

Karena itulah, urgensi hubungan internasional perspektif Islam harus dibangkitan kembali dan dibumikan mengingat saat ini, manusia masih terus mengutamakan akal ketimbang hati nurani dan keimanannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun