Mohon tunggu...
Pikri Ramadan Alamsyah
Pikri Ramadan Alamsyah Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Writer | Comparative Politics | International Relations | Political Science and Football Enthusiast |

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pemuda yang Kian Hari Makin Apatis terhadap Politik

14 Desember 2018   23:09 Diperbarui: 15 Desember 2018   11:14 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Image politik di mata pemuda yang apatis terhadap politik memang sudah sangat buruk, tidak ada lagi kebaikan yang bisa dilihat dari politik terhadap mereka. 

Mereka terlalu dogmatis dalam menelan hal yang hanya terlihat dari satu sudut pandang saja. Jika kita melihat lebih dalam lagi, tentunya masih banyak para praktisi politik yang benar-benar bekerja untuk masyarakat dan kebaikan umum -- mereka hanya melihat para politikus yang "berdosa" dan tidak melihat ke perspektif yang lain.

Mereka terlalu idealis bahkan berujung ke pragmatis terhadap politik, apapun keburukan yang tercipta dalam politik di mata mereka selalu ditelan mentah-mentah dan menghasilkan kebencian kepada politik itu sendiri. Idealisme bukan suatu hal yang mewah lagi untuk para pemuda. Sekarang zaman telah berubah dan pemuda harus lebih realistis. 

Pemuda harus paham bahwa politik adalah salah satu hal yang mengakomodir kepentingan mereka melalui kebijakan-kebijakan yang berlaku. Jika pemuda apatis dan malah menjadi masyarakat parokial dalam dinamika politik, maka hancur sudah tatanan yang sudah dibuat sedemikian rupa oleh para founding parents kita.

Kurangnya pemuda yang kritis membuat sistem politik negeri ini semakin buruk, tak ada perlawanan dari para pemuda untuk memperbaiki tatanan yang sudah kian menghapus marwah dari politik itu sendiri. Mereka tidak peduli dan malah membiarkan keburukan ini terus terjadi. 

Tak ada gelora ambisi untuk menyampaikan kritikan dan aspirasi yang solutif kepada para praktisi politik, maupun sistem politik negeri ini. Mereka bungkam dan hanya bisa membicarakan keburukan yang dihasilkan oleh politik, tapi tidak mau untuk mengeluarkan pendapat dan mengkritisi apa yang mereka tidak sukai dalam hal tersebut. 

Sayang sekali jika pemikiran itu terus terjadi, karena demokrasi yang tertanam oleh negara ini tidak akan bergerak jika tidak adanya kritikan yang solutif, terutama kritikan yang berasal dari pemuda.

Kita harus realistis dan paham bahwa pemuda harus mau bergeliat dan menjadi partisipan dinamika politik yang terjadi sekarang dan di masa yang akan datang. Karena jika bukan pemuda yang meneruskan tonggak estafet perpolitikan negeri ini, siapa lagi? Pemuda harus meningkatkan kepeduliannya terhadap politik supaya bisa melawan kebodohan dan sebuah pranata politik yang bisa merusak sistem demokrasi negeri ini.

Pemuda harus bergerak dan jangan hanya berdiam diri dengan keapatisan saja. Perubahan dibentuk karena kesadaran akan adanya kesalahan yang terdapat dalam bermacam hal -tentu juga dalam konteks politik. 

Maka dari itu, untuk saat ini jadilah agen perubahan dalam sistem politik Indonesia. Pemuda berhak andil untuk maju dan masuk untuk memperjuangkan kebenaran dan merubah sistem yang salah. 

Tapi tentu hal itu harus di mulai dengan menghilangkan sifat keapatisan pemuda terhadap politik. Mulailah menerima politik, karena dalam politik-lah kita bisa memperjuangkan kebijakan yang baik untuk Negara, maupun rakyat Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun