Mohon tunggu...
Fia amelia
Fia amelia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hallo, aku Mahasiswa Pendidikan Sejarah Untirta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nadran Tradisi Pesta Laut di Pandeglang

21 Desember 2024   12:14 Diperbarui: 21 Desember 2024   12:25 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia sebagai negara kepulauan dengan berbagai macam tradisi dan juga sumber daya yang melimpah. Yang diaman setiap tempat, wilayah, serta daerah disetiap tempat yang ada di Indonesia memiliki keunikan dan ciri khasnya tersendiri. Salah satu halnya yaitu tradisi pesta laut yang dimiliki oleh masyarakat pesisi pantai. Tradisi upacara pesta laut atau yang dikenal dengan sebutan Nadran adalah salah satu contoh warisan budaya leluhur yang masih di lestarikan hingga sekarang meski usianya telah lama hingga berabad-abad. 

Tradisi Nadran, atau yang dikenal sebagai tasyakuran laut, merupakan upacara adat yang telah berlangsung turun-temurun di kalangan nelayan di wilayah Pandeglang, Banten. selain itu, tradisi ini juga dilakukan oleh beberapa masyarakat pesisir lainnya, diantaranya oleh masyarakat di pesisir pantai utara jawa lainnya, seperti Cirebon, Karangantu, Subang, Tegal dan Indramayu. Upacara ini dilaksanakan sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil laut yang melimpah dan sebagai bentuk permohonan keselamatan serta kelancaran dalam melaut. Selama satu bulan penuh, berbagai kegiatan digelar, terma suk pertunjukan seni, pameran produk lokal, dan ritual keagamaan. Tradisi ini tidak hanya sebagai bentuk syukur kepada Tuhan atas limpahan rezeki, tetapi juga sebagai upaya meningkatkan perekonomian masyarakat melalui sektor pariwisata. 

Pelaksanaan Nadran ini melibatkan seluruh elemen masyarakat pesisir. Kegiatan dimulai dengan musyawarah untuk menentukan waktu pelaksanaan, pembentukan panitia, dan penggalangan dana. Selanjutnya, masyarakat menyiapkan sesajen yang terdiri dari berbagai hasil laut dan pertanian, yang akan dilarung ke laut sebagai simbol persembahan dan permohonan keselamatan. Rangkaian acara juga mencakup pertunjukan wayang kulit, sandiwara, dan organ tunggal yang berlangsung selama beberapa hari.

Nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam tradisi Nadran sangat kental. Selain sebagai bentuk syukur, tradisi ini juga mengajarkan gotong-royong, toleransi, dan integritas. Proses persiapan dan pelaksanaan yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat mencerminkan semangat kebersamaan dan saling membantu. Selain itu, tradisi ini juga menjadi sarana untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga dan meningkatkan rasa kebersamaan dalam komunitas pesisir. 

Dilihat dari perspektif hukum Islam, tradisi Nadran dipandang sebagai bentuk syukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan. Meskipun demikian, beberapa praktik dalam tradisi ini perlu diperhatikan agar tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Misalnya, ritual tertentu yang melibatkan unsur-unsur mistik atau tahayul harus disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariat Islam. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk memahami dan memaknai tradisi ini sesuai dengan nilai-nilai keagamaan yang berlaku.  

Sebelum Islam hadir, prosesi Nadran lebih menonjolkan kulturalisasi Hinduisme, yang dimaknai sebagai bentuk persembahan kepada Sanghyang Jagat Batara. Yang berisi mantra-mantra dan segala bentuk sesembahannya. Namun, setelah islam hadir, tradisi Nadran tidak lagi dimaknai sebagai persembahan kepada Sanghyang Jagat Batara (Penguasa alam semseta). Mantra-mantra yang dibacakan dalam prosesi Nadran pun sudah dikonversi menjadi kumpulan doa-doa bernuansa Islami yang di pimpin oleh tokoh agama.

Pelestarian tradisi Nadran menjadi tantangan tersendiri di era modern. Perubahan gaya hidup, urbanisasi, dan pengaruh budaya luar dapat memengaruhi keberlanjutan tradisi ini. Oleh karena itu, upaya pelestarian melalui pendidikan, promosi pariwisata, dan pemberdayaan masyarakat sangat diperlukan. Pemerintah daerah dan komunitas lokal perlu bekerja sama untuk memastikan bahwa tradisi Nadran tetap hidup dan dapat dinikmati oleh generasi mendatang. 

Tradisi Nadran memiliki potensi besar untuk menjadi daya tarik wisata bahari. Kegiatan yang melibatkan pertunjukan seni, pameran produk lokal, dan ritual unik dapat menarik minat wisatawan domestik maupun mancanegara. Dengan pengelolaan yang baik, tradisi ini tidak hanya menjadi sarana pelestarian budaya, tetapi juga dapat meningkatkan perekonomian lokal melalui sektor pariwisata.

Tradisi Nadran atau pesta laut di Pandeglang merupakan cerminan dari kekayaan budaya dan kearifan lokal masyarakat pesisir. Melalui upacara ini, nilai-nilai spiritual, sosial, dan budaya terjaga dan diwariskan kepada generasi berikutnya. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak untuk mendukung pelestarian dan pengembangan tradisi ini agar tetap menjadi bagian integral dari identitas budaya Indonesia.  

Referensi :

Tasyakuran Laut Jadi Destinasi Bahari - PEMKAB PANDEGLANG 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun