Mohon tunggu...
Fia afifaturrohmah
Fia afifaturrohmah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Saya mahasiswi IAIN PONOROGO saya sekarang semester 2 di jurusan PGMI

Memasak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

PERAN POLA ASUH DALAM MAMBANGUN KEPERCAYAAN DIRI ANAK

31 Mei 2024   12:22 Diperbarui: 31 Mei 2024   12:27 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

PERAN POLA ASUH DALAM MAMBANGUN KEPERCAYAAN DIRI ANAK

PENDAHULUAN

Pada jenjang prasekolah, anak-anak diajarkan tentang cara bersosialisasi dengan orang lain. Hal ini bertujuan untuk membantu mereka membangun hubungan baik dengan orang lain. Selain itu, mereka juga diajarkan untuk melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kepercayaan diri mereka. Seiring berjalannya waktu, kepercayaan diri anak akan tumbuh dengan stimulasi dari orang-orang di sekitarnya. Kepercayaan diri muncul karena pola asuh dan pengalaman yang dirasakan anak selama masa pertumbuhannya (Dadan Suryana, 2016).

Untuk mengembangkan kepercayaan diri anak, orang tua harus sabar memberikan stimulasi secara konsisten sampai kepercayaan diri anak berkembang. Menurut Chris Manak, hal terpenting dalam menumbuhkan rasa percaya diri adalah membangun kepercayaan diri dalam satu bidang kehidupan, yang kemudian akan menyebar ke aspek lain dalam hidup mereka. Oleh karena itu, orang tua harus memberikan dukungan dan motivasi kepada anak agar kepercayaan diri mereka terstimulasi (Ariska Puspita Anggraini, 2018).

Sebagian besar orang tua menginginkan anak mereka bahagia, penuh empati, percaya diri, dan unggul dalam bidang yang mereka geluti. Rasa percaya diri merupakan salah satu pondasi penting untuk mencapai hal ini. Membangun kepercayaan diri anak dimulai dari kesadaran orang tua bahwa rasa percaya diri berasal dari dalam diri anak. Orang tua harus memberi kepercayaan kepada anak agar mereka yakin dengan kemampuan diri mereka sendiri. Ketika anak percaya bahwa ia mampu melakukan sesuatu, kemungkinan besar ia akan berhasil. Sebaliknya, anak yang kurang percaya diri akan merasa sulit untuk berhasil. Memiliki anak yang percaya diri dan bahagia adalah impian setiap orang tua. Namun, banyak orang tua yang tidak tahu cara meningkatkan rasa percaya diri anak karena hal ini tidak diajarkan secara khusus di sekolah. Oleh karena itu, ajarkan anak untuk mandiri dengan melakukan hal-hal seperti mengikat sepatu, naik sepeda, dan mengikuti perlombaan. Anak-anak yang percaya diri akan merasa nyaman dengan diri mereka sendiri (Dhuha Hadiyansyah, 2019).

Untuk membentuk kepercayaan diri yang baik pada anak, diperlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan masyarakat. Guru atau pendidik juga memiliki peran penting, karena di lingkungan sekolah, anak-anak akan menjadi individu yang berkualitas setelah mendapatkan pendidikan dari keluarga. Aspek-aspek kepercayaan diri meliputi: 1. Optimisme, selalu yakin dan menganggap segala hal perlu dicoba. 2. Keyakinan terhadap kemampuan diri. 3. Toleransi, menghargai diri sendiri dan orang lain. 4. Tidak memiliki ambisi berlebihan. 5. Tanggung jawab atas segala keputusan yang diambil dan berani menerima resikonya. 6. Menghadapi segala sesuatu dengan tenang. 7. Mandiri, tidak selalu bergantung pada orang lain. 8. Mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru (Ardiyana dkk., 2019).

Orang tua memainkan peran penting dalam mengenalkan aspek-aspek ini kepada anak sejak dini. Mereka harus memberikan stimulasi melalui berbagai kegiatan di rumah. Kepercayaan diri anak dipengaruhi oleh interaksi utama mereka dengan orang tua. Informasi dari orang tua lebih valid bagi anak dibandingkan informasi dari luar dan akan diingat hingga dewasa (Sunarni, 2018). Memberikan kasih sayang dan berbicara dengan lembut kepada anak dapat meningkatkan kepercayaan diri mereka, sementara membentak dapat membuat anak merasa tidak aman dan pesimis. Penelitian dari National Institutes of Health menunjukkan bahwa anak yang sering dibentak cenderung menjadi agresif secara fisik atau verbal, serta merasa tidak aman (Darmady Darmawan, 2021).

Penelitian Rahman menyatakan bahwa perhatian seperti mendengarkan anak, menghargai mereka, dan memberi kesempatan akan membantu melatih kemandirian anak sehingga mereka menjadi optimis (Rahman, 2013). Made Ayu Anggreni menambahkan bahwa kepercayaan diri anak juga dapat dibangun melalui kegiatan bermain bersama keluarga (Anggreni, 2017). Atik Cimi dan kawan-kawan menyimpulkan bahwa pola asuh orang tua bukan faktor utama yang mempengaruhi kepercayaan diri anak, meskipun pola asuh otoriter sering diterapkan karena anak masih membutuhkan arahan dari orang tua (Cimi dkk., 2013).

Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam hal metode, lokasi, dan kesimpulan. Namun, fokusnya tetap sama, yaitu tentang kepercayaan diri anak usia dini. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan peran pola asuh orang tua dalam meningkatkan kepercayaan diri anak dan mengetahui bagaimana keterlibatan orang tua dalam proses ini. Peneliti tertarik untuk mengkaji "Peran Pola Asuh Orang Tua dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri pada Anak Usia Dini" dan bagaimana orang tua dapat memberikan motivasi kepada anak agar tidak terjebak dalam rasa malu. Pengalaman yang banyak pada usia dini sangat penting untuk masa depan anak, dan untuk mendapatkan pengalaman tersebut, anak perlu memiliki keberanian untuk tampil di depan banyak orang. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memberikan motivasi kepada anak agar mereka percaya diri dan tidak takut tampil di depan umum.

PEMBAHASAN

Perkembangan Kepercayaan Diri Anak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun