Mohon tunggu...
Fia afifaturrohmah
Fia afifaturrohmah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Saya mahasiswi IAIN PONOROGO saya sekarang semester 2 di jurusan PGMI

Memasak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Homeschooling bagi Anak yang Berkebutuhan Khusus

12 Mei 2024   13:26 Diperbarui: 12 Mei 2024   13:29 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Homeschooling bangi anak yang berkebutuhan khusus

PENDAHULUAN

Setiap individu berhak mendapat pendidikan yang sesuai dengan minat, bakat, dan gaya belajarnya, seperti yang diamanatkan dalam Undang-undang Dasar 1945. Pendidikan merupakan pondasi penting dalam mencerdaskan kehidupan berbangsa, melalui transfer pengetahuan dan nilai-nilai budaya kepada generasi muda. Semua anak, termasuk yang berkebutuhan khusus, memiliki hak yang dilindungi oleh hukum untuk pendidikan, dengan opsi seperti Sekolah Luar Biasa, Sekolah Inklusi, dan Homeschooling. Proses pembelajaran harus mengakomodasi gaya belajar dan kebutuhan individu, seperti pada kasus disleksia, dengan metode khusus dan perhatian ekstra. Homeschooling menjadi alternatif legal sesuai undang-undang bagi orang tua yang ingin mengawasi perkembangan anak secara langsung dan menyesuaikan pendidikan dengan kebutuhan mereka.

Homeschooling

Homeschooling telah menjadi pilihan pendidikan alternatif yang menonjol dengan fokus pada pengembangan potensi anak secara maksimal dan menghindari pengaruh negatif dari lingkungan sekolah. Secara umum, homeschooling adalah pendidikan yang dilakukan di rumah, di mana orang tua menjadi penanggung jawab utama dan terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Ini dapat melibatkan pembelajaran mandiri atau dengan dukungan komunitas, tutor, atau klub. Terjemahan dalam bahasa Indonesia untuk homeschooling adalah "sekolah rumah" atau kadang disebut "sekolah mandiri". Namun, homeschooling bukan sekadar membawa sekolah ke rumah; itu adalah model pendidikan yang berbeda, di mana anak belajar di bawah bimbingan orang tua, menyesuaikan kurikulum dan pembelajaran dengan minat dan kebutuhan mereka. Peran orang tua dalam homeschooling lebih sebagai fasilitator daripada guru, dengan tujuan agar anak dapat berkembang secara optimal sesuai potensi dan bakatnya. Karakteristik homeschooling meliputi orientasi pada pembentukan karakter dan pengembangan potensi anak, fleksibilitas dalam jadwal dan materi pelajaran, serta fokus pada pembelajaran yang personal dan humanis. Tujuan homeschooling termasuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, meningkatkan kreativitas dan kemampuan berpikir anak, membangun hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak, serta mempersiapkan anak untuk masa depan dengan membekali mereka dengan keterampilan yang relevan.

Anak Kebrkebutuhan Khusus (ABK)

Menurut Sukadari, konsep anak berkebutuhan khusus memiliki makna yang lebih luas daripada anak luar biasa. Mereka adalah anak yang memerlukan layanan pendidikan yang khusus dan berbeda dengan anak pada umumnya. Kesulitan belajar, seperti yang dijelaskan oleh NJCLD, merupakan sekelompok permasalahan heterogen yang meliputi kesulitan dalam mendengar, berbicara, membaca, menulis, berpikir, atau matematika. Anak berkebutuhan khusus adalah individu yang memiliki karakteristik yang berbeda dan mengalami keterlambatan dalam mencapai potensi maksimalnya secara fisik, psikologis, kognitif, atau sosial. Di Indonesia, jumlah anak berkebutuhan khusus belum memiliki data resmi dari pemerintah, namun perkiraan dari PBB menunjukkan bahwa setidaknya 10% dari anak usia sekolah memiliki kebutuhan khusus. Kesulitan belajar dapat dibagi menjadi dua, yaitu kesulitan belajar umum yang menunjukkan prestasi rendah secara keseluruhan dan kesulitan belajar khusus yang menunjukkan prestasi rendah dalam bidang akademik tertentu, seperti membaca, menulis, dan berhitung. Anak dengan disleksia termasuk dalam anak berkebutuhan khusus dengan kesulitan belajar khusus, sehingga mereka memerlukan pendekatan dan metode pembelajaran yang khusus pula.

Simpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah pertama, homeschooling menjadi alternatif pendidikan yang cocok bagi anak disleksia karena kurikulumnya disesuaikan dengan kebutuhan individu anak, memberikan kebebasan dalam belajar sesuai minat dan gaya belajar tanpa terikat oleh kurikulum yang kaku. Orang tua berperan sebagai fasilitator, mendukung segala bentuk pembelajaran yang diminati anak. Terdapat kegiatan rutin di luar rumah yang melatih kemampuan sensorik dan sosialisasi anak, serta kegiatan mengaji dengan guru yang memahami kondisi anak. Kedua, memilih homeschooling untuk anak disleksia memungkinkan orang tua untuk memahami dan mendukung kondisi anak secara menyeluruh, menghindari risiko di sekolah umum yang mungkin tidak memahami kebutuhan khusus anak. Ketiga, melaksanakan homeschooling masih menjadi tantangan di Indonesia karena dominasi persepsi bahwa sekolah formal adalah pilihan terbaik, namun homeschooling menjadi alternatif yang efektif untuk anak disleksia karena dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar mereka, mengoptimalkan kemampuan dan mengatasi kekurangan dalam pembelajaran.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun