Pandemi COVID 19 menghasilkan berbagai perubahan yang luar biasa dalam berbagai aspek kehidupan kita. Salah satu sektor yang mengalami perubahan yang sangat nyata adalah sektor transportasi udara.
Kita yang dulunya hanya membutuhkan identitas diri dan tiket untuk melakukan perjalanan domestik, kini harus menyertakan dokumen tambahan seperti hasil tes PCR/ rapid test, dan menginstal serta mengisi eHAC (Indonesia Health Alert Card).
Persyaratan ini akan lebih kompleks lagi bila kita melakukan perjalanan ke luar negeri. Dalam tulisan ini, Saya akan berbagai pengalaman Ketika melakukan perjalanan ke negeri kanguru, Australia.
Saya adalah seorang mahasiswa pasca sarjana di salah satu univeritas di Australia. Seharusnya, Saya sudah harus berada di Australia sejak Januari tahun 2021. Akan tetapi, pandemi COVID 19 memaksa pemerintah Australia untuk menutup negara mereka. Akibatnya, Saya dan mungkin ratusan mahasiswa Indonesia lainnya harus melakukan kegiatan perkuliahan secara online.
Berhubung kegiatan penelitian Saya dilakukan di Australia, maka Saya dan Supervisor Saya melakukan berbagai upaya supaya Saya bisa melakukan penelitian di Australia seperti mengajukan travel exemption (syarat masuk ke Australia di masa pandemi ini).
Meskipun pada awalnya Saya ditolak, Saya akhirnya berhasill mendapatkan travel exemption pada pengajuan berikutnya. Setelah mendapatkan travel exemption, Supervisor Saya mendesak Saya untuk berangkat secepatnya karena pemberitaan mengenai COVID di Indonesia berpotensi membawa masalah baru bagi Saya.
Akan tetapi, perjuangan mencapai negeri kanguru ini ternyata tidak mudah juga. Tiket pesawat sat ini sangat mahal, dan pada waktu itu Saya tidak menemukan satu pun penerbangan langsung dari Indonesia ke Australia. Akhirnya, Supervisor Saya memutuskan untuk mengambil tiket yang transit di Tokyo dengan maskapai yang berbeda (Garuda & ANA).
Pada awalnya, Saya kurang nyaman dengan pilihan ini karena menurut Saya berangkat menggunakan maskapai yang berbeda akan sangat beresiko. Saya juga sangat khawatir terkait system transit di Tokyo yang pada akhirnya nanti akan membuat Saya kesulitan.
Sebelum melakukan perjalanan, Saya melengkapi berbagai dokumen yang dibutuhkan terutama test PCR berbahasa Inggris di institusi yang direkomendasikan oleh Garuda.
Saya juga menyiapkan hasil test PCR dalam format yang diminta oleh pemerintah Jepang sebagai langkah antisipasi apabila diperlukan. Masa berlaku test PCR ini adalah 3x24 jam dari pengambilan sampel. Untuk Australia, kita juga harus mengisi Australia Travel Declaration minimal 72 jam sebelum melakukan perjalanan.
Saat melakukan check in di Jakarta, petugas Garuda memeriksa berbagai dokumen yang Saya miliki. Saya juga menginformasikan ke petugas bahwa tujuan akhir Saya adalah Sydney, dan Saya juga meminta mereka meneruskan bagasi Saya ke maskapai ANA sehingga bagasi Saya bisa diambil di Sydney.
Untungnya petugas Garuda ini sangat baik hati dan memenuhi permintaan Saya ini. Akhirnya, Saya bisa melakukan perjalanan dari Jakarta ke Tokyo.
Setibanya di Tokyo, petugas dari darat langsung memasuki pesawat dan meminta penumpang mengisi formulir karantina. Pada dasarnya, petugas dan cara mereka memperlakukan penumpang tidak seseram yang saya banyangkan. Petugas di Jepang sangat ramah dan sopan. Saya kemudian melaporkan ke petugas bahwa Saya hanya transit di Jepang dan akan melanjutkan perjalanan ke Sydney.
Petugas ini kemudian memanggil temannya untuk membantu Saya. Setelah itu Saya dibawa ke luar dari pesawat dan mereka kemudian melakukan pemeriksaan terhadap dokumen yang Saya miliki. Setelah itu, mereka membawa Saya hingga ke pintu masuk ruang tunggu. Petugas kemudian menyampaikan bahwa proses check-in akan dilakukan satu jam sebelum keberangkatan.
Untuk itu, Saya diminta berada di lokasi. Setalah melewati pemeriksaan di mesin X-ray, Saya akhirnya masuk ke waiting room dan menunggu disana selama kurang lebih 12 jam. Meskipun saya harus menunggu dalam waktu 12 jam, Saya tidak merasa bosan. Saya mencoba menjelajahi seluruh gate di waiting room dan menikmati situasi dan fasilitas yang ada.
Satu jam sebelum keberangkatan ke Sydney, Saya check-in. Petugas ANA airlines Kembali memeriksa dokumen yang Saya miliki dan melakukan klarifikasi ke Pemerintah Australia.
Setelah dikonfirmasi, akhirnya mereka memberikan boarding pass kepada Saya. Tidak lupa Saya juga memastikan bagasi Saya, dan mereka akhirnya menelusuri bagasi Saya dan menunjukkan foto bahwa bagasi Saya sudah ada di pesawat yang akan Saya tumpangi ke Sydney.
Setelah itu, penumpang kemudian memasuki pesawat dan pesawat kemudian bergerak menuju Sydney. Perjalanan menuju Sydney sangat menyenangkan. Cuaca pada umumnya sangat bagus dan kru ANA airlines juga sangat ramah. Selama perjalanan kita mendapatkan makan malam dan makan pagi. Situasi kabin yang sepi penumpang membuat kita bisa merebahkan diri di kursi yang kosong. Di dalam pesawat, kita diminta mengisi formulir declaration yang akan dikumpulkan nanti ke bagian imigrasi Australia.
Setibanya di Sydney, petugas darat segera memasuki pesawat dan memberikan penumpang dua lembar kertas berisi informasi tentang karantina. Kemudian kita keluar dari pesawat dan menuju jalur pemeriksaan. Setiap penumpang dicek suhu tubuhnya dan ditanyain seputar kesehatan dan COVID 19.
Kemudian, penumpang melapor ke meja Imigrasi, dan setelah itu boleh mengambil bagasi. Setelah mengambil bagasi, penumpang kemudian menuju ruang tunggu karantina. Petugas Karantina kemudian memandu penumpang, dan sebelum naik bus penumpang dibekali dengan beberapa buah masker. Di dalam bus, penumpang diminta mengisi formulir seputar data diri dan Riwayat perjalanan.
Bus kemudian bergerak menuju tempat karantina. Sebelum memasuki tempat karantina, penumpang di briefing terlebih dahulu tentang karantina dan apa yang boleh/ tidak boleh dilakukan selama masa karantina. Penumpang juga diberitahu mengenai berbagai hal yang harus dijalankan selama masa karantina. Penumpang kemudian satu per satu diminta keluar dari bus dan memasuki hotel tempat karantina.
Di dalam hotel, penumpang kemudian memasuki meja administrasi dan disini penumpang ditanya seputar makanan. Setelah itu, penumpang diantar sama polisi ke ruangan masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H