Diaspora and Contraflow
Fenomena diaspora adalah fenomena yang kini sering muncul dan juga sering terjadi di tengah masyarakat global, dimana situasi ini membuat banyak media nasional maupun media komersial memanfaatkan situasi tersebut untuk memperoleh informasi, berita hingga keuntungan.Â
Diaspora merupakan suatu situasi dimana masyarakat Indonesia asli, tinggal di luar negeri namun tidak meninggalkan dan tidak melupakan kebudayaan serta jati dirinya sebagai masyarakat Indonesia.
 Hal ini tentu memberikan banyak keuntungan dari berbagai kalangan, seperti yang disampaikan oleh Presiden Indonesia yang keenam yakni Pak SBY yang dikutip dari m.kbr.id dimana diaspora ini diklaim bisa menyumbangkan devisa sebesar 500 miliar dolar tiap tahunnya atau sekira 6 kuadriliun rupiah lebih. Angka tersebut tiga kali lebih besar dari bantuan negara maju untuk negara berkembang (Sidharta: 2013).
 Bisnis maupun aktivitas yang dilakukan oleh para diaspora di negara luar hingga kini memang benar audah memberikan bantuan kepada Indonesia. Tidak hanya itu, para diaspora yang bekerja membanting tulang di negeri orang tersebut juga pada akhirnya akan mengirimkan uang atas hasil kerjanya itu kepada keluarga yang berada di Indonesia sehingga hal ini dapat memberikan sumbangan kolektif devisa untuk Indonesia.
Keuntungan yang didapat bukan itu saja, bisa dari berbagai bidang, misalnya saja makanan hingga program-program televisi yang hingga kini tidak sedikit para pemilik media yang membuat program se-kreatif mungkin untuk para diaspora agar mereka dapat mengenalkan program-program acara milik Indonesia kepada para masyarakat luar negeri, misalnya seperti CNN dan juga MTV.
Hal ini disebut juga sebagai Contra-flow dimana para media baik konvensional maupun modern, baik itu media televisi nasional maupun komersil membuat suatu program yang ditujukan untuk para diaspora yang tersebar di seluruh dunia dimana tentunya tidak hanya akan ditonton oleh para diaspora Indonesia saja, namun juga  para masyarakat luar negeri sehingga perlu bagi para pemilik media untuk membuat program berkualitas dan yang bisa menarik perhatian para penonton luar negeri, karena jika program tersebut tidak bisa sesuai dengan harapan para penonton dari negara-negara luar, tentu hal itu akan memberikan dampak yang mungkin kurang baik untuk media penyiaran di Indonesia.
Maka dari itu, perlu bagi kita para generasi muda untuk terus belajar dan berpikir kreatif agar nantinya kita bisa bersaing dengan mereka di negara maju, baik itu di bidang penyiaran atau pertelevisian maupun di bidang lain.Â
Salah satu hal yang bisa dilakukan oleh para pemilik media saat ini adalah untuk membuat suatu konsep program acara atau siaran yang berkualitas, baik, menarik dan juga tidak ikut-ikutan dengan program yang sebelumnya sudah pernah ditayangkan.Â
Hal ini tentu menjadi perhatian kita semua bahwa agar dapat bersaing di dunia internasional dengan masyarakat milenial di seluruh dunia, kita wajib untuk membuat sebuah karya yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini.Â
Hanya saja kini masih saja kita temukan program-program acara yang kurang menarik dan kurang berfaedah bagi masyarakat.Â
Bahkan ada pula program tayangan yang semestinya tidak dipertontonkan untuk anak di bawah umur, namun karena program tersebut disiarkan di waktu prime time, para anak yang sudah seharusnya belajar namun lebih memilih untuk menonton dimana pada akhirnya tontonan yang kurang sesuai tersebut bisa menanamkan hal yang tentu berefek buruk bagi anak-anak yang menontonnya.
Daftar Pustaka
Thussu, Daya Kishan. 2000. International Communication (Continuity and Change). Hodder HeadlineGroup: London
https://m.kbr.id/nasional/08-2013/diaspora_di_mata_sby/23666.html (diakses pada Minggu, 23 Desember 2018 pukul 14.42)
https://swa.co.id/swa/trends/management/tiga-strategi-majukan-diaspora-ala-sby
(diakses pada Minggu, 23 Desember 2018 pukul 15.21)