Mohon tunggu...
Fhathia Avisha
Fhathia Avisha Mohon Tunggu... Dokter - a lifelong learner🌻
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

sharing random insights through my writing 📝

Selanjutnya

Tutup

Healthy

World Asthma Day 2023: Kenali Penyakit Asma pada Anak

3 Mei 2023   06:57 Diperbarui: 3 Mei 2023   07:00 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berdasarkan hasil RISKESDAS tahun 2018, pravalensi penyakit asma di Indonesia sebesar 2,4% dari 267.700.000 populasi, pravalensi asma pada anak di Indonesia pada kelompok umur 1-4 tahun 1,6% dan pada umur 5-14 tahun sebesar 1,9%. Asma merupakan penyakit saluran pernafasan dimana terjadi peradangan (inflamasi) yang bersifat kronik yang menyebakan penyumbatan (obstruksi) dan hiperaktivitas saluran pernafasan sehingga menyebabkan terbatasnya aliran udara dengan derajat penyakit dan gejala klinis yang bervariasi. Penyebab asma multifaktorial dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor yang menyebabkan asma yaitu infeksi, allergen, dan stress.  Berdasarkan studi didapatkan beberapa faktor risiko untuk penyakit asma yaitu polusi udara, paparan asap rokok, fast food, berat badan lahir, tingkat pendidikan ibu yang rendah, ventilasi rumah yang tidak baik.  

Gejala asma pada anak yang dapat ditemukan berupa:

  • Batuk berulang
  • Wheezing/ mengi ( suara dari saluran pernafasan yang menyempit)
  • Sesak nafas
  • Dada terasa tertekan

Gejala- gejala tersebut timbul secara kronik dan atau berulang, reversible (gejala membaik secara spontan atau dengan pemberian obat), dapat memberat pada malam atau dini hari (nokturnal),  dan gejala muncul jika ada faktor pencetus seperti paparan asap rokok, debu, infeksi pernafasan, atau aktifitas fisik yang berlebihan.

Diagnosis penyakit asma pada anak berdasarkan anamensis, gejala yang khas, pemeriksaan fisik ditemukan wheezing atau tanda alergi lain pada pasien, respon terhadap pemberian obat bronkodilator, dan dengan menyingkirkan kemungkinan penyebab-penyebab lain. Adanya riwayat atopi/ alergi pada pasien atau keluarga akan menunjang diagnosis asma.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan:

  • Uji fungsi paru dengan spirometri didapatkan FEV1 rendah (< 80% nilai prediksi) dan FEV1/ FVC   90%.
  • Uji cukit kulit (skin prick test), pemeriksaan eosinofil total darah, pemeriksaan Ige spesifik
  • Uji provokasi bronkus dengan exercise, metakolin, atau larutan salin hipertonik.

Penyakit asma tidak dapat sembuh, tetapi dapat dikendalikan sehingga gejala tidak sering muncul. Tujuan pengobatan asma adalah mengendalikan penyakit dengan munculnya serangan seminimal mungkin. Terapi harus holistik dan komprehensif mencakup edukasi, identifikasi dan mencegah faktor pencetus, pemakaian obat yang benar dan patuh, serta kontrol yang teratur. Obat pada asma dibagi menjadi reliever (pereda) dan controller (pengendali). Obat reliever hanya digunakan saat serangan, sedangkan obat controller untuk mencegah serangan asma dipakai terus menerus dalam jangka waktu yang relative lama dan tergantung kekerapan gejala asma dan respon terhadap terapi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun