Mohon tunggu...
Fhathia Avisha
Fhathia Avisha Mohon Tunggu... Dokter - a lifelong learner🌻
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

sharing random insights through my writing 📝

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Here's What to Know About Monkeypox (Cacar Monyet) and How Dangerous Is It?

7 Juni 2022   22:02 Diperbarui: 7 Juni 2022   23:06 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa negara telah melaporkan terjadinya peningkatan kasus monkeypox/cacar monyet. Sejak tanggal 13 Mei 2022, WHO telah menerima laporan dari 12 negara non endemis penyakit monkeypox di 3 regional yaitu Eropa, Amerika dan Western Pacific. Menurut laporan WHO per 29 Mei 2022 didapatkan total 257 kasus  monkeypox yang tersebar di 23 negara. 

Sampai saat ini cacar monyet atau MonkeyPox belum masuk dan menyebar di Indonesia, tetapi potensi masuknya penyakit ini tetap harus diwaspadai.

Penyakit monkeypox  disebabkan oleh virus Monkeypox (MPXV) yang tergolong dalam genus Orthopoxvirus dalam famili Poxviridae. Penularan kepada manusia terjadi melalui kontak langsung dengan hewan ataupun manusia yang terinfeksi, atau melalui benda yang telah terkontaminasi oleh virus tersebut. Virus masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang luka/lecet,  sistem pernafasan, atau melalui selaput lendir (mata, hidung/ mulut).

Terjadinya penularan monkeypox dari manusia ke manusia dapat melalui kontak erat dengan droplet, cairan tubuh atau lesi kulit orang yang terinfeksi, atau kontak tidak langsung pada benda yang telah terkontaminasi. Ruam, cairan tubuh (seperti cairan tubuh, pus/ nanah atau darah dari lesi kulit)  sangat mudah menularkan. 

Pakaian, tempat tidur, peralatan pribadi seperti peralatan makan  yang telah terkontaminasi virus juga dapat menyebabkan penularan pada orang lain.

  Masa inkubasi (durasi waktu dari terinfeksi virus ampai timbulnya gejala) monkeypox yang dilaporkan pada manusia berkisar antara 7 hingga 24 hari, dengan rata-rata 12 hari di Afrika dan 14,5 hari selama wabah di AS.  Perjalanan penyakit monkeypox terbagi menjadi 2 fase:

  • Fase akut atau prodromal (0 -- 5 hari):  flu--like symptoms, demam, menggigil, sakit kepala, mual, muntah, pembengkakan kelenjar getah bening pada leher,ketiak dan lipat paha, nyeri punggung dan otot, kelelahan, dan batuk tidak produktif.
  • Fase erupsi (sekitar 1 -- 3 hari setelah demam): muncul ruam atau lesi pada kulit biasanya dari wajah kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya. Ruam paling sering yaitu pada wajah (95% kasus), telapak tangan dan telapak kaki (75% kasus)

  Cacar monyet biasanya merupakan penyakit yang sembuh sendiri/ self limiting disease dengan gejala yang dapat berlangsung selama 2 hingga 4 minggu. Kasus yang berat lebih sering terjadi pada anak-anak dan pasien yang memiliki immunodefisiensi (kondisi ketika kekebalan tubuh terganggu). 

Komplikasi  penyakit monkey pox yaitu terjadi infeksi sekunder yang dapat menyebabkan sepsis, pneumonia (peradangan paru), ensefalitis (radang otak) dan infeksi kornea mata yang dapat menyebabkan kehilangan penglihatan, serta multiorgan failure.  Risiko kematian tertinggi akibat cacar monyet terdapat pada bayi, anak-anak  dan individu dengan gangguan kekebalan tubuh.

 Diagnosis monkeypox berdasarkan pada manifestasi klinis, dan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium yang digunakan yaitu pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) dan/atau sekuensing  dari spesimen swab tonsil, cairan lesi, krusta/ keropeng kulit, kulit bagian atas lesi/ lesion roof, serum akut dan konvalesen, 

plasma darah dan biopsi serta pemeriksaan enzim immunosorbent assay (ELISA) untuk mendeteksi IgM dan IgG spesifik orthopoxvirus.

  Saat ini belum ada pengobatan yang spesifik untuk infeksi virus Monkeypox. Terapi pasien meliputi simptomatik untuk meringankan keluhan yang muncul  dan terapi suportif meliputi pemberian cairan dan terapi nutrisi yang adekuat.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun