Banyak orang hanya tau menggunakan komputer. Sedikit saja yang bisa menggunakan sekaligus bisa menangani servis dan maintanance. Untuk fungsi ini, saya beruntung. Selain sebagai pengguna, saya bisa servis sendiri. Tidak perlu membawanya ke teknisi komputer bila ada masalah. Bahkan, pada komputer ini, saya instal juga Linux Ubuntu Versi 14.04 sehingga menjadi Dual Boot. Asik kan? Windows menggunakan Win XP, Linux pakai Distro Ubuntu. Keduanya sangat bermanfaat.
[caption id="attachment_352334" align="aligncenter" width="567" caption="Dokpri (SS): Layar komputer saat login pada OS Ubuntu Versi 14.04"]
Untuk urusan ketak-ketik, baca-baca, coding dan lain-lain, pakai Windows XP saja. Untuk urusan berbasis networking, belajar perkembangan informasi teknologi, membuat inovasi, login ke Ubuntu aja. Nyaman pokoknya. Virus, no way, hahaha...
Karena jatuh cinta dengan Win XP, pengamannya juga harus yang berkualitas. Sejak 2009 saya sudah menggunakan Antivirus Eset NOD32 hingga sekarang. Untuk keamanan paling baik, haruslah menggunakan antivirus berlisensi. Jangan pakai yang trial segala. Dan terbukti, tidak ada masalah, tidak seperti dialami banyak kawan-kawan dimana komputernya keluar masuk bengkel.
[caption id="attachment_352335" align="aligncenter" width="567" caption="Dokpri (SS): Antivirus di PC saya yang bekerja baik hingga saat ini."]
Fungsi PC Belum Tergantikan
Atas dasar penuturan di atas, saya merasa bahwa fungsi PC yang selama ini saya gunakan untuk pekerjaan Grafis, Programming (terutama bila membutuhkan Local Server), Networking dan juga perpustakaan-perpustakaan mini yang pernah saya miliki belum bisa digantikan oleh beberapa perangkat yang sudah ada. Laptop saya mengikuti perkembangan terbaru dan masih bertahan di Windows 8. Tablet Samsung juga masih mengikuti perkembangan bertahan di Android Versi Kitkat. Ternyata tidak se-kaya dan selincah PC yang hanya terinstal Windows XP ini.
Kita banyak tergoda dengan istilah "praktis". Oleh karena itu, kita banyak memburu perangkat-perangkat mobile yang serba mini. Ternyata, dengan perangkat-perangkat itu kita telah memangkas daya kreatifitas kita dan harus memaksakan kebiasaan kita sebelumnya dengan perangkat-perangkat yang belum kompatibel dengan seluruh kebutuhan kita. Yah, repot dong. Maka, secanggih apa pun perkembangan perangkat keras saat ini, juga OS yang semakin mutakhir, pengguna komputer selalu mampu memilih versi TERNYAMAN yang tidak mematikan kreatifitasnya.
Saya ingat kata Albert Snidjers, Guru Besar Filsafat, yang dulu menjadi dosen saya di Fakultas Filsafat Unika St. Thomas mengatakan: "Teknologi hadir sebagai sarana bagi manusia, bukan manusia yang dimanfaatkan oleh teknologi". Kala itu, pada tahun 2003, beliau masih setia menggunakan Windows 95. Pernah ditawarkan untuk mengupgrade OS bahkan mengganti perangkat keras. Namun beliau sangat tidak setuju. Dia mengatakan: "Jangan sampai hal-hal baru itu membuat saya terhenti dan tidak bisa berkreasi. Setiap teknologi memiliki generasinya, baik pembuatnya, maupun pemakainya".
Menjadi Bodoh Di Era Teknologi
Saya memiliki banyak pengalaman dengan teman-teman yang bekerja di instasi pemerintahan. Pemerintahan kita sangat doyan untuk mengikuti perkembangan teknologi, termasuk teknologi komputer. Setiap tahun, selalu saja ada pengadaan barang-barang dengan mengikuti perkembangan kemutakhiran teknologi. Alhasil, sangat mengecewakan. Ternyata, tidak didukung oleh Sumber Daya Manusianya. Akhirnya, mereka yang sudah sangat familiar dengan Windows XP atau Windows 7, misalnya, menjadi bodoh lagi dan harus menyesuaikan dengan teknologi terbaru. Selalu start dari awal lagi untuk belajar dan tidak ada inovasi baru dalam memaksimalkan teknologi yang ada.