"pada saat dia memacahkan masalah yang dihadapi Dora" (halaman 34)
      Adapun aldi yang digambarkan sebagai orang yang dungu dan juga tidak percaya diri kepada dirinya, dia selalu takut untuk berbicara langsung dengan widya dari parasnya juga Aldi terlihat ganteng dan pembawaannya juga bagus tapi sayangnya dia dungu.
"Hai nama gue Aldi" sampai yang paling nggak banget, "Gue Aldi, what's up, baby?". Satu satunya cewek yang mau diajak ke mall dengan kalimat seperti itu adalah tante-tante desperateberumur empat puluh tahun yang bahkan belum pernah digrepe di kereta ekonomi. (halaman 2)
Cerita pun berlanjut hingga akhirnya Dika lulus dari SMP Tarakanita II, dengan nasib yang masih sama, mencintai dalam diam. Di malam prom, Dika pun tidak cukup berani untuk mengambil langkahnya untuk mendekati Indira. Ia pun melewatkan kesempatan untuk mengajak Indira berdansa dan pada akhirnya mereka berpisah dan Dika pun menyesal sejadi -- jadinya.
Dalam novel ini, Dika menggunakan sudut pandang sebagai orang pertama pelaku utama. Bukan dengan menyebut nama tokoh melainkan menggunakan kata 'gue'. Demi menguatkan kesan bahwa Dika lah yang menjalani semua kisah tersebut.
Dalam novel ini, Dika menggunakan sudut pandang sebagai orang pertama pelaku utama. Bukan dengan menyebut nama tokoh melainkan menggunakan kata 'gue'. Demi menguatkan kesan bahwa Dika lah yang menjalani semua kisah tersebut. Bahkan kucing pun juga diperankan sebagai tokok pelaku utama di halaman 166-181
"gue adalah orang yang sangat mudah terpengaruh dengan apapun yang gue lihat, tonton, dan baca" (halaman 17)
"Aku sirik sama Bang Dika, majikanku yang juga pengarang buku. Mungkin kamu pernah baca bukunya, Kambingjantan? Ya, betul. Jelek banget ya tulisannya? Aku yakin aku bisa nulis lebih baik daripada Bang Dika. Aku juga kepingin jadi pengarang." (halaman 166)
Radit juga menggunakan bahasa yang enak untuk dipahami. Saya sebagai pembaca dapat menyimpulkan, menurut yang saya amati gaya bahasa yang di pakai oleh sang penulis novel ini menggunakan bahasa sehari hari yang kita gunakan pada umumnya dan saya berpendapat gaya bahasa yang di buat oleh sang penulis Dika agar pembaca novel tersebut, bahasanya mudah untuk dipahami dan disimak dengan baik karena novel ini juga ditujukan kepada ukuran usia remaja. Dan isi novelnya pun tentang kegelisahan remaja masa kini para remaja atau yang biasa kita sebut sebagai Kids Zaman Now
 "gue bingung bilanng apa, selama ini di SMP, kendala gue untuk mendapatkan cewek, jelek. Kalau gue harus memberikan foto gue kepada Githa, ada kemungkinan Githa tidak mau lagi sama gue." (halaman 78)
Bukan hanya kelucuan dan unsur instrinsik dari novel ini, novel ini juga mempunyai nilai nilai ekstrinsik yang membuat novel ini semakin menarik perhatian untuk dibaca. Yang pertama adalah terdapatnya nilai nilai moral yang diselipkan untuk pembaca yang bisa diambil dari novel ini, yaitu pertama kita sebagai remaja ini kalua sedang patah hati jangan terlalu dipikirkan karena pada dasarnya jodoh sudah ada yang mengatur yaitu Tuhan yang maha Esa, jadi kalua putus dari pacar jangan terlalu merenungginya nanti malah depresi, dan ujung ujungnya malah tidak baik, yang kedua pentingnya kekompakan antara sesame teman dan harmonisnya kasih sayang keluarga, yang ketiga kita harus lebih bersikap baik bagi sesama ciptaan Tuhan, contohnya pada halaman 168 dimana Kucing diperankan sebagai tokoh pelaku utama dan diperlakukan sebagai layaknya manusia pada umumnya.