Mohon tunggu...
Fitri Handayani
Fitri Handayani Mohon Tunggu... Lainnya - guru bahasa Jawa

suka baca buku dan chibi maruko-chan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Catatan Jagongan Buku #Edisi 3: Meresapi Keindahan "Padang Bulan" Bersama Bety Komala Sari, M.Pd.

11 September 2024   15:05 Diperbarui: 11 September 2024   15:07 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Jagongan Buku Jemuwah Pon #Edisi 3

Suasana sore di Perpustakaan SMA Negeri 9 Yogyakarta pada Jumat Pon, terasa berbeda. Rak-rak buku yang biasanya sunyi, kini riuh oleh siswa-siswi yang bersemangat mengikuti acara Jagongan Buku Jemuwah Pon #Edisi 3. Acara rutin yang menggabungkan diskusi literasi dan budaya ini menjadi magnet tersendiri bagi para pecinta buku di lingkungan sekolah. Pada edisi kali ini, Bety Komala Sari, M.Pd., seorang guru bahasa yang memiliki kecintaan mendalam terhadap sastra, hadir untuk membahas salah satu karya besar Andrea Hirata, Padang Bulan.

"Padang Bulan ini bukan hanya cerita biasa. Andrea Hirata mengajak kita menyelam ke dalam lapisan-lapisan kehidupan yang penuh liku," ungkap Bety di awal pembahasannya. Dengan piawai, ia menjelaskan latar belakang novel ini, yang merupakan kelanjutan dari Sang Pemimpi. Kisah Ikal, Enong, dan mimpi-mimpi mereka diwarnai oleh realitas kehidupan di pedalaman Belitung yang kerap kali pahit, namun juga penuh harapan.

Bety Komala Sari dalam Jagongan Buku Jemuwah Pon (Dok. FH)
Bety Komala Sari dalam Jagongan Buku Jemuwah Pon (Dok. FH)

Dalam sesi diskusi, Bety Komala Sari menyoroti bagaimana Andrea Hirata menggambarkan kehidupan dengan begitu mendalam dan menyentuh. Ia mendorong peserta untuk tidak hanya melihat novel sebagai hiburan semata, tetapi juga sebagai jendela yang membuka pandangan kita terhadap realitas sosial. "Ada pesan kuat dalam setiap babnya---bahwa hidup selalu memberi kita harapan, meski di tengah tantangan yang berat," tambahnya.

Diskusi semakin hidup ketika Bety mengaitkan cerita dalam Padang Bulan dengan kehidupan siswa-siswi SMA. Menurutnya, kisah perjuangan Enong yang tetap teguh mengejar impian meski dihadang berbagai keterbatasan dapat menjadi cermin bagi para pelajar untuk tak pernah menyerah.

Acara Jagongan Buku Jemuwah Pon kali ini bukan sekadar diskusi biasa. Kali ini, memberikan pelajaran tentang keteguhan hati dan semangat pantang menyerah. Di akhir acara, Bety mengajak para siswa untuk terus membaca dan menulis, serta menjadikan literasi sebagai bagian penting dari perjalanan hidup mereka.

Dengan berakhirnya acara, para peserta tak hanya membawa pulang inspirasi dari Padang Bulan, tetapi juga semangat baru untuk terus mengejar impian mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun