Mohon tunggu...
Figo Rimba Fatika
Figo Rimba Fatika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Even the best can be improved.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran Sastra melalui Interaksi Edukatif di SMA 10 Semarang

29 Desember 2022   02:12 Diperbarui: 30 Desember 2022   22:05 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis :

Dr. Evi Chamalah S.Pd M.Pd (Dosen FKIP Unissula)

Figo Rimba Fatika (Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Unissula

Pembelajaran sastra adalah kegiatan membangun dan menciptakan pengetahuan berdasarkan pengalaman. Pembelajaran sastra biasa dianggap rangkaian berkesinambungan yang dapat diuji dari pengalaman sebelumnya dengan pengalaman baru. Pembelajaran sastra penting bagi perkembangan karakter siswa, pembelajaran ini tidak hanya membuat siswa mengembangkan kesadaran membaca dan menulis karya sastra, tetapi juga mengembangkan kemampuan siswa mengekspresikan dirinya dalam pementasan drama ataupun seni lainnya.  Minimnya pengetahuan tentang sastra sangat dirasakan dijaman sekarang ini, contohnya  pada pembelajaran sastra di smp maupun sma seperti halnya dalam mendalami materi "pementasan drama", dalam materi tersebut bisa dibilang kurang dapat diterima oleh para siswanya. Hal ini dikarenakan pembelajaran sastra dianggap kurang optimal dan kurang mampu menggerakkan minat siswa untuk mempelajari sastra secara utuh.

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pembelajaran sastra di sekolah pada umumnya, maka penulis melakukan observasi di SMA 10 Semarang sebagai salah satu sampel pembelajaran sastra pada tingkat SMA. SMA 10 Semarang berdiri pada 15 Desember 1984 di Jl. Padi Raya No.16, Gebangsari, Kec. Genuk, Kota Semarang, Jawa Tengah 50117. SMA Negeri 10 Semarang adalah SMA Negeri yang ke 10 didirikan secara resmi di Kota Semarang.

Pada observasi ini penulis mewawancarai salah satu guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA 10 Semarang yang bernama lengkap Muhammad Imron S.Pd, beliau berdomisili di Desa.Kangkung Karang RT/RW 09/05 Kec. Mranggen, Kab. Demak. Beliau merupakan salah satu alumni Universitas Negeri Semarang. Dalam data yang diberikan, pengalaman mengajar beliau sudah cukup lama, beliau juga mengatakan sudah 8 tahun mengajar Bahasa Indonesia, tetapi mengajar di SMA 10 Semarang baru 2 tahun ini. Menurut beliau pembelajaran Bahasa Indonesia sebenarnya cukup mudah, tetapi terkadang minat siswa/i yang kurang, maka dari itu pada setiap kegiatan belajar mengajar beliau lebih sering mempersilahkan siswa/i untuk berdiskusi atau memberikan peran aktif dalam mengikuiti kelas agar siswa/i dapat menyalurkan kreativitas dan imajinasinya masing-masing.

Kurikulum senantiasa menjadi pedoman dan media sumber belajar. Narasumber mengatakan bahwa guru bahasa Indonesia memainkan peran kunci dalam pembelajaran yang menyenangkan. Materi sastra Indonesia yang masuk dalam kurikulum akan sangat penting di tangan guru-guru kreatif, inovatif dan imajinatif. Guru seperti itu terus mengimprovisasi pembelajaran bahasa maupun sastra yang menyenangkan, hidup dan kaya informasi. Untuk itu kurikulum yang beliau terapkan adalah kurikulum 2013 dan juga kurikulum merdeka.

Lalu terkait proses pengajaran materi, khususnya pada materi sastra beliau memaparkan bahwa dalam pengajarannya tergantung materi sastranya itu sendiri. Proses pengajarannya seperti proses pembelajaran pada awalnya, dimulai dengan pembukaan lalu akan beliau berikan sedikit gambaran/ilustrasi mengenai materi yang akan dibahas, agar para siswa/i dapat terpancing atau berpikir lebih jauh mengenai beberapa gambaran yang diberikan. Narasumber lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa/i untuk berekspresi, salah satu teknik pembelajaran yang beliau terapkan adalah  memilih satu siswa/i untuk maju dan bercerita dalam satu pertemuan, yang dimana terdapat ketentuan dalam cerita tersebut harus berkaitan dengan peristiwa yang dialami/dilihat, untuk hasil akhirnya nanti siswa yang maju pada pertemuan sebelumnya menyampaikan pesan apa yang dapat di ambil dari cerita tersebut. Cara ini digunakan agar siswa/i lebih peka, dan juga bisa belajar dari suatu peristiwa.

Di lain kesempatan biasanya beliau membuat kelompok, tiap kelompok berisi 4 orang, lalu kelompok tersebut diberikan tugas untuk berdiskusi, lalu menyiapkan materi untuk presentasi, untuk media yang digunakan bisa berupa ppt, artikel, ataupun video, kembali kepada kreatifitas masing masing kelompok. Setelah presentasi berakhir maka dilakukan sesi diskusi mengenai materi yang dibahas. Cara ini dilakukan supaya siswa/siswi terbiasa dalam mempelajari ilmu baru, juga mempunyai pemikiran kritis dalam memecahkan suatu masalah. Teknik Pendekatan ini lebih berorientasi kepada siswa/i, untuk mempermudah jalannya pembelajaran.

Metode yang sering diterapkan oleh narasumber  adalah Cooperative Learning Model. Metode tersebut adalah model pembelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa yang lebih pandai dalam sebuah kelompok kecil yang hasilnya akan dipresentasikan kepada kelompok lain di dalam kelas, tetapi tidak hanya kepada yang pandai di suatu kelompok tersebut, tetapi metode ini dugunakan agar siswa/i yang lain dapat berpikir secara kritis dalam menghadapi suatu masalah.


Metode pembelajaran lainnya, dicontohkan dalam pembelajaran sastra lama hikayat. Supaya menarik perhatian siswa/i biasanya narasumber memberikan materi sebuah video gambar bergerak yang telah disiapkan, siswa/i berkelompok menentukan cerita yang akan dibuat video cerita nantinya. Setelah mendapatkan cerita, siswa/i mengumpulkan bahan berupa gambar yang sesuai dengan cerita yang dipilih untuk dipotong. Setelah proses pemotongan, siswa/i dapat menggabungkan gambar tersebut dalam bentuk gambar gerak/stop motion. Setelah jadi baru diisi dengan suara sesuai alur cerita yang direkam oleh tiap kelompok. Untuk media pembelajarannya, narasumber mengatakan bahwa beliau menggunakan Android seperti halnya menggunakan aplikasi stop motion atau aplikasi edit video yang lain, dan juga LCD guna menampilkan hasil video yang telah dibuat oleh siswa/i.

Konsep fun learning terus bermunculan di dunia pendidikan. Konsep ini bertujuan pada interaksi edukatif antara guru dan siswa. Sebagai arah interaksi edukatif, pengamalan konsep ini dianggap tepat untuk mewujudkan proses dan hasil belajar yang maksimal. Narasumber menambahkan bahwasannya belajar dengan menyenangkan dapat diterapkan dalam banyak hal. Pertama, penggunaan model pembelajaran. Kedua, variasi metode pembelajaran. Ketiga, metode dan teknik pembelajaran. Keempat, pemilihan media yang tepat. Kelima, keterampilan mengajar guru yang dimaksud, meliputi kemampuan memimpin kelas dan menguasai materi pembelajaran bahasa maupun sastra Indonesia.

Narasumber juga membagikan pengalaman kesulitan selama mengajar Bahasa Indonesia, beliau mengatakan lebih sulit untuk menyatukan misi dengan siswa, kadang siswa/i ada yang memperhatikan ada juga yang tidak, sehingga pekerjaan terkadang kurang sesuai dengan harapan. Yang biasa dilakukan narasumber dalam menerima materi. Maka dari itu narasumber mengatakan bahwa beliau sering menggunakan sesi diskusi agar siswa/i belajar, juga menyukai literasi dan belajar untuk membuka pemikirannya lebih jauh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun