Perkenalan yang singkat lewat biro jodoh online βAyo Nikahβ , seorang gadis cantik N.A, staff di perusahaan swasta dikota B ini tertipu lelaki namanya Prawira, mengaku mualaf yang hidup sebatang kara, pekerjaan pelaut dan sedang mencari calon istri. . NA makin yakin ketika hampir setiap hari NA diingatkan untuk sholat. Memang ada kecurigaan ditengah hubungan tapi tertepis oleh kata kata β Percayalah, aku tak menipu kamuβ Mantap hati N.A saat diajak menikah oleh Prawira walau mereka belum pernah video call apalagi bertemu muka. Dengan modus Β akan datang kekota B menemui orang tua N.A sekalian menikah. Keluarlah alasan alasan klasik untuk menipu korban.
EMAIL DARI KORBAN :
βBunda perkenalkan namaku N.A asal kota B. Aku korban penipuan laki laki mengaku pelaut. Ini kebodohan, kelalaian, ketidak tahuanku tentang kejahatan scammer yang sebenarnya sudah sering terjadi. Aku baru mencari tahu setelah semua terlambat. Saat mulai curiga, kuketik β penipuan oleh pelaut β di Google dan keluarlah artikel kisah kisah penipuan oleh pelaut. Lalu aku baca dan disana ada email bunda. Uangku melayang 7,4 juta rupiah. Kulakukan pengaduan ini agar tidak ada lagi korban. Silahkan bunda share kisahku di media social. β
Aku mengenal seorang pria bernama Prawira Aulia lewat biro jodoh online βAyo Nikahβ, nama akun β Mahawiraβ pada tanggal 10 Juni 2016. Mengaku bekerja di Ocean Tanker Management Indonesia di Batam. Katanya dia seorang mualaf, anak tunggal yang orang tuanya meninggal dalam kecelakaan pesawat Air Asia 2014. Nama ayahnya Prawira Harja Subagio dan ibu Christine Aulia Purnomo. Saat search di Google memang benar ada nama itu dan bodohnya aku langsung percaya saja. Dia mengaku dikucilkan oleh keluarganya karena menjadi mualaf.
Setiap hari Prawira menelponku dan selalu mengingatkanku untuk sholat 5 waktu, sholat taraweh, dsb. Lalu pada tanggal 18 Juni 2016, dia bilang ingin serius menikah denganku, agar hidupnya punya tujuan. Selama 20 bulan dilaut, maka kali ini dia ingin ambil cuti.
Tanggal 20 Mei 2016, Prawira menelpon lagi dan serius ingin menikah denganku. Ia telah mengajukan cuti 3 bulan untuk bertemu dan mengenalku lebih dekat dan kalau memungkinkan bisa langsung menikah.
Kata Prawira, jika ambil cuti sebelum masa kontrak habis maka harus ada penjamin dari pihak keluarga. Sementara selama ini dia merasa tak punya siapa siapa. Kemudian dia meminta ku untuk menjadi penjaminnya. Aku tanya apakah ada syaratnya? dia bilang gaji selama 20 bulan harus ditransfer ke rekening penjamin. Karena dia percaya sama aku sebagai calon istri dan dia yakin uang gajinya aman direkeningku.
Pada saat itu aku merasa aneh dan takut ditipu. Lalu kupindahkan saldo rekening dari bank Mandiri ke Bank BRI karena takut saldoku ditarik oleh Prawira. Dia juga memintaku cuti kerja supaya lebih fokus dan urusan kami berdua tidak terganggu. Pagi itu saat kami bicara ditelpon, dia bilang aku harus menghubungi atasannya bernama Yudi Wahyudi, kalau kesiangan keburu sibuk.
Aku langsung menghubungi bapak Yudi Wahyudi, dan dia bilang syarat pencairan gaji adalah KTP, NPWP, Kartu BPJS dan nomor rekening bank yang masih aktif. Tanpa rasa curiga aku kirim semua dokumen yang diminta. Tak lama pak Yudi telpon dan katanya aku harus ke Batam untuk tanda tangan berkas pencairan gaji. Aku bilang tak bisa datang karena jarak yang jauh.Β
Iapun menawarkan solusi untuk tembak berkas dengan biaya 4,2 juta rupiah. Aku langsung hubungi Prawira dan dia bilang posisi ditengah laut dan tak ada ATM. Ia minta aku bayarin dulu karena nanti pasti diganti setelah gajinya masuk rekeningku. Tak lama Yudi menelpon lagi menanyakan kesanggupanku untuk membayar. Antara sadar tak sadar kutransfer uang itu pada tanggal 21 Juni 2016 ke rekening BRI a/n Yudi Wahyudi, no : 4118-0101-1858-532