Tak lama saya miscall dan dia langsung telpon balik tapi yang ngomong bukan saya melainkan menantu saya wong Jowo yang jago bahasa suku lain.
Pada intinya menantu saya cuma bilang kalau dia anak Bu Oon Cemplon dan bertanya kenapa mau nipu ibunya. Kamu bikin malu suku kita. Langsung si penipu gelagapan dan dibentak lagi oleh menantu saya yang suaranya kayak polisi galak. Tak lama telpon langsung diputus.
Tak lama saya kirim SMS penutup:
β Kamu penipu ngaku dari Adira? Sini datang ke kantor anak saya. Ambil nih angsuran 5x kalau berani! Dasar penipu! kamu tipu bangsamu sendiri, sungguh tak tahu malu!!β
Kali ini tak ada jawaban atau makian, telpon tak bisa lagi dihubungi.
Setiap kali saya menerima SMS penipuan, saya selalu prihatin pada mereka yang kena tipu. Karena salah satu pendukung maraknya penipuan adalah mudahnya membeli SIM card di Indonesia.
Maklum Indonesia gitu lho!! Beli SIM card bagai beli kacang goreng. Murah meriah, di jual dipinggir jalan. Cukup daftar pakai KTP abal abal, tinggal pake untuk menipu setelah itu lempar beli yang baru. Makanya para criminal dunia maya di Indonesia makin besar kepala!!
Kapan ya? pemerintah khususnya Menkominfomemperketat aturan pembelian SIM card seperti di Australia? Kapan kapan kali ya?
Manalah pemerintah peduli berapa banyak sudah korban berjatuhan. Maka kitalah yang harus hati hati dan waspada terhadap berbagai modus penipuan.