Mohon tunggu...
Ferry
Ferry Mohon Tunggu... profesional -

Pembaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nama-nama Hewan yang Dipakai Nama Orang Zaman Dulu dan Kini

28 September 2016   16:42 Diperbarui: 4 April 2017   17:56 8224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Angsa Putih, Sumber gambar pulaucerita.blogspot.

"Apalah arti sebuah nama". Begitu menurut William Shakespeare, pernyataan untuk menekankan bahwa substansi lebih penting dari sekedar sebutan. Ekstrimnya jika kita ganti nama bunga mawar dengan bunga bangkai (andaikan bisa)toh bunganya tetap harum dan cantik.

Akan tetapi karena nama umumnya diturunkan dari bahasa yang tentu saja mengandung makna maka nama itu menjadi sakral. Bagi beberapa golongan, nama haruslah bermakna baik dan tidak asal enak didengar saja karena merupakan perwujudan harapan doa, bahkan pada beberapa komunitas ada kepercayaan jika salah memberi nama si anak bisa sakit sakitan. Kalau begini tentu mereka percaya nama mempengaruhi kepribadian, atau bahkan hoki.

Jika kita telusuri pemberian nama kepada anak manusia di masa lampau sangat dipengaruhi oleh budaya, lingkungan dan kepercayaan. Istilahnya ada trend di masa lalu tentang pola pola pemberian nama pada manusia. Yang paling menarik adalah penggunaan nama hewan di beberapa budaya di Nusantara dan belahan lain dunia.

Penggunaan nama hewan ini tentu bukanlah dimaksudkan untuk saling mengejek seperti di Kompasiana akhir akhir ini dengan sebutan "*nta" dan "b*bi" antara yang pro dan kontra cagub DKI. Si pemberi nama di masa lampau tentu ingin menangkap efek positif dari sifat hewan yang dipakai misalnya kuat, gagah, indah, lincah dan sebagainya. Bisa jadi pula bukan nama lahir hanya sekadar julukan. Berikut, beberapa nama orang ngetop pada masa lalu dan kini yang namanya diambil dari nama hewan, ditemukan pada naskah naskah kuno, petikan artikel, berita atau cerita tutur.

SUNDA KLASIK

Banyakcatra- Nama ini di temukan dalam naskah kuno perjalanan Bujangga Manik, banyak artinya angsa yg menunjukan gantengnya si pemilik nama. Di naskah itu Banyakcatra disebut untuk membandingkan betapa tampannya sang Bujangga Manik sampai lebih tampan dari Rakyan Banyakcatra. Orang Banyumas yang tahu isi babad banyumas umumnya juga tahu nama ini dan aliasnya yaitu Raden Kamandaka.Prabu Kuda Lalean - Seorang regent (pelaksana tugas) yg memimpin kerajaan sunda paska gugurnya sang Maharaja Sunda di palagan Bubat. Kuda sudah jelas artinya kuda, hewan lincah jago sprint dan marathon.

Prabu Gajah Ageung - Salah seroang Raja Kerajaan Sumedang-Larang, (vasal) kerajaan Galuh-Pakuan, iya Sumedang. Gajah pun jelas artinya gajah. Hewan besar kuat nan cerdas.

Prabu Surawisesa- (Siliwangi II) Pengganti Maharaja Sri Baduga (Prabu Siliwangi I). Sura artinya ikan hiu, sama seperti pada Surabaya. Hiu vs Buaya. Mungkin untuk menunjukan betapa buasnya armada beliau di lautan. Sesuai catatan Tome Pires (Suma Orintal, 1512-1515) bahwa kerajaan ini dihuni para pahlawan laut. Nama Surawisesa tertera pada. Prabu Surawisesa ini disinyalir adalah yg memerintahkan dibuatnya prasasti Batutulis Bogor.

Pangeran Walangsungsang - Pendiri Kesultanan Islam Cirebon adalah putera Prabu Siliwangi I, kakak dari Prabu Surawisesa. Walang artinya Belalang.

JAWA KLASIK

Prabu Hayam Wuruk - Raja Majapahit di masa kejayaannya, Hayam artinya ayam wuruk artinya terpelajar. Kedua kata ini masih dipakai dalam bahasa Sunda, misalnya "si Ujang maraban hayam, si Utun diwuruk ngaji " (si ujang memberi makan ayam, si utun diajari ngaji)

Mahapatih Gajah Mada- Panglima perang terbesar dalam sejarah salah satu kerajaan terbesar di Nusantara, terkenal akan visi penaklukannya untuk mempersatukan seluruh wilayah kepulauan Nusantara yg juga menginspirasi NKRI. Seperti Gajah Ageung diatas Gajah itu hewan besar kuat dan cerdas.

Raden Banyakwide - Arya Wiraraja, Adipati (feudal lord) Sumenep di jaman Singasari-Majapahit, berjasa membantu Raden Wijaya mengusir tentara Mongol dan mendirikan Majapahit. Banyak sama dengan pada Banyakcatra artinya angsa.

Dyah Lembu Tal - adalah ibu dari Wijaya pendiri Majapahit (menurut sumber Sunda, ayahnya adalah Rakyan Jayadharma salah seorang pangeran dari Pakuan). Beberapa opini lain Dyah Lembu Tal ini adalah laki-laki.

Lembu Sora- Salah satu warlord kepercayaan Wijaya, naas di akhir hidupnya difitnah memberontak dan mati dikeroyok.

BALI KLASIK

Patih Kebo Iwa/Kebo Taruna - Seorang panglima perang kerajaan Bali Kuno (Bedulu). Saat Kebo Iwa masih hidup kerajaan ini tidak dapat ditaklukan Gajah Mada, saking perkasanya sang panglima. Akhirnya disusunlah muslihat untuk membunuh Kebo Iwa. Gajah mengakali kerbau istilahnya.

AMERIKA KLASIK

Tȟatȟáŋka Íyotake - (Sitting Bull/Banteng Duduk), bukan cuma monoapoli manusia Nusantara yang menggunakan lembu, munding dan kebo. Orang native Amerika pun menggunakan Banteng sebagai namanya, Banteng Duduk adalah pemimpin suku Lakota yang tewas ditangan polisi bernama Letnan Bull Head ( Tȟatȟáŋka Pȟá).

ARAB KLASIK

Dalam literatur arab tidak banyak penggunaan nama atau julukan dengan menggunakan hewan tapi tetap ada:

Abu Hurairah - Harfiahnya bapak kucing, karena dikenal gemar memelihara kucing, salah seorang shahabat Nabi yang meriwayatikan hadist.

Kilab bin Murra - Salah seroang pemimpin suku Quraish di masa lampau bernama asli Urwa/Hakim karena kegermarannya berburu dengan anjing (kalb) beliau dijuluki Kilab. Beliau adalah salah seorang nenek moyang Nabi Muhammad SAW.

TIONGKOK (kini)

Chéng Lóng (成龙) - Ga ada yang kenal kalau tidak disebut aliasnya yaitu Jacky Chan aktor kenamaan Hong Kong. Karakter Lóng (龙) artinya naga (Hewan mitologi berbentuk ular bertanduk dan berkaki).

Chén Lóng (谌龙) - Pebulutangkis RRT peraih emas Olympiade Brazil yang juga memakai karakter naga.

AMERIKA (Masih ada ternyata)

Tiger Woods - Pegolf profesional Amerika, Tiger artinya Harimau.

Di masa kini penggunaan nama hewan untuk nama atau julukan terutama di Indonesia ditinggalkan karena ada anggapan bahwa mengunakan nama hewan itu menghinakan manusia. Iya lah untuk masa sekarang tentu jadi bahan ejekan jika misalnya Babi Ngepet atau Walangsangit. Tapi anehnya orang orang masa ini masih tetap memakai nama tumbuhan dan tidak terhina misalnya bunga bungaan, sebut saja Mawar 20 tahun dan Melati 21 tahun, apa tumbuhan lebih tinggi derajatnya dari hewan?, entahlah..

Jangan salah paham pula dengan misalnya Bagong Rahadjo, Bagong dalam bahasa jawa mungkin artinya bulat/besar meskipun dalam bahasa Sunda artinya babi hutan.

Beberapa waktu lalu di Jawa timur (in tidak ada hubungannya dengan hewan) heboh pula kabar ada yang memakai nama Tuhan. Seharusnya jika kita mengerti sedikit pengetahuan bahasa tidak perlu jadi polemik, karena kata "Tuhan" (dalam bahasa Osing Jawa timur) seakar dengan kata Tuan (Melayu) dan Tohaan (Sunda Kuno) artinya kurang lebih seperti Lord, atau Earl dalam bahasa Inggris, -no Kami dalam bahasa Jepang artinya yang dipertuan. Jadi si pengguna tidak bermaksud musyrik.

-Dari berbagai Sumber-

Lagi ngetrend  ngikutin yang suka bikin tugas kuliah... hahahahahak

Nama: Ferry

NIM: 50015701104

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun