Transportasi umum dapat diartikan sebagai angkutan umum, baik orang maupun barang dan pergerakan yang dilakukan dengan moda tertentu dengan cara membayar. Transportasi umum memainkan peran vital sebagai tulang punggung kehidupan perkotaan yang lancar. Sistem transportasi ini menyediakan layanan mobilitas dasar bagi orang-orang yang tidak memiliki akses kendaraan pribadi, serta bagi mereka yang memilih untuk menggunakan angkutan umum demi efisiensi dan keamanan. Di banyak negara, kereta api menjadi salah satu pilihan utama untuk perjalanan jarak dekat maupun jarak jauh. Kereta api sudah dimanfaatkan untuk keperluan masyarakat sejak awal diciptakannya pada tahun 1800-an. Transportasi yang bisa dikatakan sangat tua ini masih akan memiliki umur panjang dan mungkin tidak akan pernah mati.
KA Lokal Dhoho Penataran dan Penataran Dhoho merupakan dua layanan kereta api yang sangat populer di kalangan masyarakat yang sering bepergian antara kota-kota kecil dan besar di Jawa Timur, seperti Surabaya, Malang, Blitar, dan Tulungagung. Pengguna kereta api lokal (KA Lokal) ini didominasi oleh pengguna musiman yang bermobilisasi baik untuk pulang, bekerja atau berkuliah. Misalnya, banyak mahasiswa yang kuliah di kota besar seperti Surabaya memilih tinggal di kota asal mereka dan bepergian menggunakan KA Lokal ini setiap minggu. Demikian pula, para pekerja yang pulang ke kampung halaman setiap akhir pekan juga menjadi pengguna setia KA Lokal.
KA Lokal ini memiliki sebuah rangkaian kereta atau gerbong yang ditarik oleh lokomotif mulai dari 6-7 gerbong. Berbeda dengan kereta antarkota, kereta lokal ini dapat mengangkut 100 hingga 120 penumpang dalam setiap gerbongnya. Jika, diperkirakan dalam sekali perjalanan kereta api ini bisa mengangkut lebih dari 720 penumpang. Harga tiketpun relatif lebih murah dibanding KA Antarkota, yaitu berkisar 10-24 ribu rupiah per perjalanan, membuat layanan ini semakin diminati oleh Masyarakat.
Mengingat mudahnya dalam pembelian tiket transportasi ini, akses public terhadapnya sering kali terhambat oleh praktik calo tiket yang merugikan. Kehadiran pasar gelap memungkinkan calo untuk beroperasi tanpa hambatan, bahkan calo akan mendapat keuntungan dari menjual tiket dengan harga yang tinggi. Peredaran calo tiket terjadi karena kesenjangan antarapermintaan dan pasokan tiket resmi dari PT Kereta Api Indonesia (KAI). Para calo ini biasanya berasal dari para pembeli tiket KA Lokal yang memiliki kendala, sehingga tiket yang dibeli tidak digunakan olehnya. Namun, dengan adanya calo tiket ini menimbulkan pro dan kontra dari pengguna KA Lokal.
Pro dan Kontra Praktik Calo Tiket
Dari sudut pandang pro, ada beberapa argumen yang mendukung keberadaan calo tiket. Pertama, pembeli tiket resmi (calo) menjual kembali karena tiket yang dibeli tidak terpakai sehingga tiket tersebut tetap dimanfaatkan dan memberikan kesempatan oranglain untuk mendapatkan tiket. Kedua, bagi mereka yang kesulitan memperoleh tiket melalui saluran resmi, calo tiket bisa menjadi alternatif yang diandalkan, meskipun dengan harga yang lebih tinggi. Terakhir, fleksibilitas pembelian tiket dari calo tiket termasuk dalam hal waktu dan metode pembayaran, bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi beberapa penumpang.
Namun, ada juga sejumlah kontra yang perlu diperhatikan. Pertama, risiko penipuan meningkat dengan pembelian tiket dari calo, karena ada potensi untuk mendapatkan tiket palsu atau tidak sah. Kedua, tiket palsu tersebut bisa menyebabkan kerugian bagi penumpang, dengan kemungkinan mereka tidak diizinkan masuk ke dalam kereta saat melakukan boarding. Selain itu, praktik calo tiket juga dapat menciptakan ketidakadilan bagi mereka yang membeli tiket dengan harga penuh atau menggunakan saluran resmi, yang dapat mengganggu kesetaraan akses terhadap layanan transportasi.
Praktik calo tiket ini bahkan lebih terorganisir dengan adanya grup Whatsapp yang berisi lebih dari 1000 orang dari berbagai daerah. Tiket yang banyak dicari dan dijual biasanya hanya untuk hari dan jam tertentu saja, contoh konkret yang didapat dari pengalaman saya selama mengamati grup Whatsapp ini adalah hari Minggu siang untuk arah Tulungagung-Surabaya Gubeng dan Jumat sore untuk arah Surabaya Gubeng-Tulungagung. Biasanya berisi mahasiswa atau para pekerja yang setiap jumat pulang ke kampung halaman dan kembali di hari Minggu untuk melanjutkan aktifitas mereka di hari Senin. Banyak alasan mengapa calo tiket ini terus beredar di kalangan KA Lokal, salah satunya adalah kurangnya kapasitas dan jam keberangkatan yang diberikan KAI kepada masyarakat sehingga pengguna terus mencari tiket dari calo. Terkadang masalah lain yang ditimbulkan yaitu server aplikasi KAI Access mengalami kendala (server down) sehingga mereka tidak dapat melakukan pemesanan, tiket tidak keluar dan terkadang tidak sesuai dengan jadwal.
Upaya Mengatasi Calo Tiket
Menghadapi situasi tersebut, PT KAI mulai menerapkan ketertiban untuk membasmi penjualan tiket KA Lokal dengan cara menunjukkan kartu identitas saat boarding untuk mencocokkan identitas yang tertera pada tiket. Selain itu, pengecekan juga dilakukan pada saat di atas kereta, terutama bagi penumpang yang tidak mendapatkan tiket duduk. Upaya ini telah diterpakan sejak terjadi lonjakan tiket KA Lokal pada mudik menjelang hari Idul Fitri 1444 H. Saya sebagai contoh nyata akan keadaan tersebut, tanggal 5 Mei 2024 pukul 12.00 WIB pada saat melakukan check-in, saya dimintai KTP untuk mencocokkan dengan identitas tiket yang tertera di aplikasi KAI Access. Meskipun upaya untuk memerangi calo tiket perlu diapresiasi, penting untuk memperhitungkan baik pro dan kontra dari langkah-langkah yang diambil. Perlu ditemukan keseimbangan yang tepat antara keamanan, privasi, dan kenyamanan penumpang.
Langkah-langkah lanjutanÂ