Yuk pergi berlibur! Ajakan ini sering kita dengar di tengah keceriaan akhir tahun yang dialami banyak keluarga. Bagi ayah dan anak-anak, ajakan ini akan disambut dengan suka cita. Bagi ibu, ajakan ini memiliki makna tidak sekedar bersenang-senang, tapi ada rangkaian ritual persiapan yang perlu disusun dengan matang.
Otak ibu kemudian akan berputar dengan daftar panjang persiapan perjalanan mulai dari logistik, rancangan kegiatan, hingga memastikan semua kebutuhan setiap anggota keluarga terpenuhi selama liburan dan kembali dengan bahagia.
Sebuah keluarga dapat berfungsi dengan baik dan harmonis ketika hal-hal kecil yang luput dari perhatian bisa terlaksana. Hal ‘printilan’ tersebutlah yang terkadang kita anggap enteng (take it for granted).
Carolyn Rosenthal (1985), seorang pengamat sosial, menciptakan sebuah terminologi untuk menggambarkan daftar panjang pekerjaan rumah tangga tak kasat mata tersebut dengan kata kinkeeping. Yaitu sebuah peran sosial yang umumnya diampu oleh perempuan, dalam mendukung dan merawat hubungan antar keluarga. Artinya peran yang dijalankan tidak terbatas pada pekerjaan rumah tangga saja tetapi juga memastikan relasi atau hubungan kekerabatan, baik itu dalam keluarga inti maupun kerabat jauh, juga lingkup yang lebih luas agar bisa terpelihara dengan baik.
Sejarah menuturkan bahwa ‘ibu’ memiliki peran yang luar biasa dalam kehidupan manusia. Perannya tidak hanya menyentuh orang-orang disekitarnya, tapi juga mempunyai efek yang sangat besar terhadap bangsa dan negara. Teringat dengan asal mula ditetapkannya Hari Ibu yang lahir dari tingginya kepedulian Ibu akan kesejahteraan perempuan di seluruh Indonesia.
Kala itu, 30 organisasi perempuan yang tersebar di Pulau Jawa dan Sumatera melangkah keluar dari rumahnya untuk menghadiri Kongres Perempuan I pada tahun 1928 di Yogyakarta.
Hari Ibu baru kemudian ditetapkan setelah Kongres Perempuan III pada 1938. Ibu-ibu kita terdahulu membuktikan, bahwa mereka adalah penggerak. Mereka tidak hanya menggenapi takdir penciptaannya dan tanggungjawab domestiknya, tapi mampu menjadi perempuan yang berdaya dan memberdayakan.
Di Indonesia, perayaan Hari Ibu, tidak hanya sekedar untuk merayakan peran ibu yang telah membesarkan anak-anaknya dengan berbagai pengorbanan atau sebagai perayaan untuk mengenang tokoh perempuan semata, tetapi juga untuk menghargai ibu sebagai penggerak yang memiliki peran penting dalam kehidupan berbangsa. Tidaklah berlebihan bila kemudian muncul pepatah dari Mohammad Hatta, “Didiklah seorang lelaki, maka kamu telah mendidik seorang manusia. Namun jika kamu mendidik seorang perempuan, maka kamu telah mendidik satu keluarga, bahkan telah mendidik satu negara.”
Setiap bulan Desember, sejak tahun 2019, di DKI Jakarta kami mengupayakan sebuah platform untuk mengapresiasi Ibu-Ibu penggerak melalui Ibu Ibukota Awards (IIA). Penghargaan bagi para Ibu yang telah banyak berkontribusi dan mendedikasikan waktu, tenaga dan pikiran untuk kemajuan kota dan warganya. Kadang terlintas pertanyaan; apa yang mendorong mereka untuk terus merawat dan memupuk aksi hidup baik? Bagaimana mereka mau berbagi pikirannya tentang masalah orang lain? Dari mana mereka mendapatkan energi dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi? Berbagai pertanyaan bermunculan dalam benak seraya takzim menyaksikan para perempuan hebat tersebut.
Maka melalui IIA, sorotan lampu dan panggung kami persembahkan kepada para Ibu di Jakarta yang telah berkontribusi begitu banyak terhadap keharmonisan sebuah kota. Melalui ajang IIA ini, sosok penggerak ini dibukakan pada kesempatan-kesempatan baru untuk melebarkan sayapnya. Apresiasi IIA telah mendorong para ibu penggerak untuk terus meningkatkan kapasitas mereka dan memperluas jejaringnya dengan berkolaborasi dan berinovasi dengan kepercayaan diri yang baru. Sedikit gestur apresiasi dan kepercayaan, telah menjadi suluh penyemangat bagi mereka untuk berdampak lebih luas lagi.
Banyak perempuan yang memiliki wisdom atau pengetahuan yang mendalam terhadap berbagai isu. Khususnya bagi mereka yang banyak bergerak di masyarakat, mendedikasikan waktu dan tenaga untuk kesejahteraan keluarga. Pengalaman berada di PKK DKI Jakarta, saya mendapatkan kesempatan untuk belajar dari banyak sosok, seperti dari almarhumah Ibu Ratna Ningsih dan Ibu Aryati Azhari (atau sering disapa Ibu Atty).
Mereka adalah perempuan penggerak yang memiliki wawasan yang menyeluruh dan pemahaman akar rumput. Pemahaman almarhumah Ibu Ratna Ningsih terhadap kebijakan menjadi aset bagi PKK dalam mengembangkan program atau kegiatan yang tepat sasaran dan sesuai dengan aturan atau kebijakan pemerintah setempat. Program seperti Carik Jakarta atau Pendataan Keluarga Satu Pintu serta pemberdayaan para kader Dasawisma merupakan salah satu hasil karya dari dedikasi almarhumah.
Upaya peningkatan kualitas Pendidikan Anak Usia Dini dan kegiatan peningkatan ekonomi keluarga melalui program UP2K (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga) terwujud karena usaha keras dari Ibu Atty. Pengalaman, pengetahuan lapangan, serta rekam jejak kedua sosok ini menjadi bukti bahwa banyak perempuan memiliki kompetensi untuk menjadi advokat terhadap isu yang tengah dihadapi masyarakat. Ibu Atty dan almarhumah Ibu Ratna telah membuktikannya di DKI Jakarta. Mereka menjadi advokat serta mitra dalam penyusunan kebijakan dan program kesejahteraan keluarga serta pemberdayaan perempuan.
Kemampuan mumpuni dan pengetahuan lengkap seperti kedua sosok di atas menunjukkan bahwa perempuan memiliki potensi dalam memformulasikan kebijakan, membuat program, sekaligus mengimplementasikannya di lapangan. Pengalaman akar rumput patutnya menjadi tolak ukur dalam menempatkan para perempuan pada kursi-kursi jabatan ataupun perwakilan rakyat, bukan berdasarkan popularitas semata. Talenta kinkeeping yang ditunjang dengan pengetahuan serta pengalaman yang dimiliki, akan dapat menjadi corong dalam menyuarakan aspirasi sesuai kondisi senyatanya di masyarakat.
Kiranya melalui tulisan ini, kita semua dapat lebih mengapresiasi keberadaan dan peran Ibu, baik di keluarga, di tengah masyarakat, di lingkungan pekerjaan maupun dalam mewarnai arah kebijakan.
Menjadi orangtua bukan hal yang mudah, terlebih lagi menjadi seorang Ibu yang aktif berperan di masyarakat. Maka pada kesempatan yang istimewa ini, mari kita berikan penghargaan yang sepatutnya bagi para Ibu penggerak atas dedikasi, perhatian, pengorbanan dan kerja kerasnya selama ini.
Tulisan ini saya dedikasikan untuk seluruh Ibu di Nusantara ini, teriring salam hangat dan doa bagi kita semua.
Selamat Hari Ibu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H