Awalnya daerah Sukabumi bernama Goenoeng Parang dengan ibukota Tjikole. Daerah itu sekarang menjadi wilayah kecamatan di Kota Sukabumi. Kalau kita menelusuri jalan di sekitar wilayah tersebut banyak ditemukan bangunan-bangunan tua khas peninggalan jaman Belanda, salah satunya yang dulu kediaman penguasa wilayah Sukabumi sekarang menjadi Gedung Balai Kota, Kota Sukabumi.
Selain di bangunan itu, ada 2 bangunan peninggalan Belanda yang merupakan 2 rumah ibadah dari 2 agama yang berbed, Mesjid dan Gereja letaknya berseberangan seperti Mesjid Istiqlal dan Gereja Katedral di Jakarta.
Konon katanya Kota Sukabumi dibangun dan direncanakan oleh pemerintahan Hindia Belanda saat itu sebagai kota bisnis. Stasiun kereta api dan relnya sudah terbangun menghubungkan Bogor dan Sukabumi, hotel-hotel sudah terbangun. Mengingat di wilayah tersebut banyak sekali perkebunan-perkebunan teh dan kopi.Â
Pabrik pengolahan teh ada di beberapa tempat, d utara ada perkebunan teh Perbawati, sebelah barat Perkebunan teh Goalpara. Keduanya masih eksis, sampai hari ini, produknya kita masih bisa temukan di pasaran dengan merk Teh Goalpara yang berjenis teh hitam.
Namun sangat disayangkan, kota Sukabumi yang dirancang begitu rapih oleh "penjajah" akhirnya harus menjadi semrawut setelah di pegang oleh "pribumi". Â
Sekarang, kota Sukabumi seperti lautan pedagang kaki lima, sepanjang jalan di pusat bisnisnya Jalan Jendral A.Yani dan Jalan R.E. Martadinata, pedestrian di kedua sisi dikuasai oleh pedagang kaki lima, jika bisa di bilang ornamen. Pedagang kaki limanya sejatinya ornamen Kota Sukabumi.
Sumber.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H