Mohon tunggu...
Fery. W
Fery. W Mohon Tunggu... Administrasi - Berharap memberi manfaat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penikmat Aksara, Musik dan Tontonan. Politik, Ekonomi dan Budaya Emailnya Ferywidiamoko24@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Marvel, Nafas Baru Industri Film

22 Agustus 2019   10:04 Diperbarui: 22 Agustus 2019   11:38 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Marvel merupakan rumah terbesar superhero dunia, tidak saja komik, dunia film pun mereka rambah, pengaruhnya terhadap industri film global luar biasa. Tokoh-tokoh superhero yang mereka ciptakan, dalam beberapa tahun terakhir mendominasi industri perfilman global. 

Marvel di dirikan pada tahun 1939 dengan nama Timely Publication, yang menerbitkan komik-komik misteri sebelum kemudian beralih menerbitkan komik superhero seperti yang dilakukan oleh saingan beratnya DC yang memang sejak awal bermain di penerbitan komik superhero, Sempat berganti nama menjadi Atlas Comics sebelum akhirnya pada tahun 1961 berubah menjadi Marvel Comics. 

Dominasi Marvel dan DC dalam penerbitan komik dunia memang tak terbantahkan. Persaingan mereka sangat sengit. 

Awalnya karakter-karakter kreasi DC seperti Superman, Batman, Flash, Wonder Woman, Robin dan lain sebagainya sangat dominan di pasaran apalgi kemudian mereka mengkreasi gabungan para superhero dengan tajuk Justice League, namun perlahan tapi pasti Marvel mulai mengejar dengan karakter Spiderman yang dibuat tahun 1962, menyusul kemudian Iron Man, Hulk, Fantastic Four, dan pada tahun 1964 The Avengers disinilah persaingan antar keduanya semakin panas.

Persaingan di dunia komik cetakan, kemudian berlanjut ke dunia film. DC membuat film superheronya pada tahun 1978, dengan Superman sebagai ikonnya, teknologi yang dipakai saat itu cukup mumpuni untuk ukuran jamannya. Marvel pun tak mau kalah, namun bukan kesuksesan yang diraihnya malah jeblok dan dianggap gagal.

DC yang tadinya moncer, pada tahun 1997, Batman dan Robin dirilis dan hasilnya jeblok. Kombinasi Naskah, akting dan kostum yang sangat buruk membuat DC terpuruk dan untuk beberapa tahun film produksi DC dalam titik nadir.

Sebaliknya Marvel perlahan mulai bangkit bermodalkan naskah yang bagus dan visual effect yang mumpuni. X-Men dirilis tahun 2000 yang disutradarai Bryan Singer, menyusul kemudian tahun 2002 Spiderman karya Sam Raimi, keduanya meledak, Marvel diatas angin dan keuntungan besar diraihnya. Yang terpenting citranya melambung, Tobey Maguire terbang mengalahkan kepopuleran Christopher Reeve (Superman) dan Michael Keaton (Batman).

Tahun 2008, Marvel Cinematic Universe (MCU) mulai direncanakan dan dibuat Marvel dengan Iron Man sebagai jagoan perdananya, menyusul kemudian "Raksasa Hijau" The Hulk.  Sejak Marvel dibeli Disney Picture tahun 2009  keberadaannya makin diperhitungkan  dan benar adanya, performance Marvel semakin kinclong dengan bisnis model yang dibawa oleh Disney. MCU terus berlanjut menghasilkan film-film boxoffice.

 Sampai dengan End Game MCU telah melahirkan 22 film secara berturut-turut. Semua film yang merupakan rangkaian MCU kreasi Marvel bukan hanya sukses secara penjualan, namun banyak dipuji para kritikus film dan para penggemarnya.

Bahkan MCU, disebut mampu merubah industri perfilman Hollywood secara keseluruhan. Meskipun film dengan genre superhero telah lama dikreasi,namun MCU menawarkan kebaruan dalam genre film ini.

Tidak ada yang bisa memprediksi sebelumnya kebaruan franchise ini, kemudian mampu membentuk standar baru bagi industri film Hollywood. Hal-hal yang berhubungan dengan Marvel kini menjadikan patokan bagi pembuatan film lainnya.

Terdapat 4 kebaruan yang dibawa oleh MCU yang kemudian dijadikan acuan oleh para pelaku perfilman Hollywood maupun global.

Pertama, Konsep Share Universe. Konsep ini lazimnya ada di media komik, namun Marvel lewat MCU membawanya ke ranah perfilman. Dan terbukti sukses. 

Marvel merilis berbagai film superhero dengan karakter yang berbeda-beda, namun semuanya itu saling berhubungan satu sama lain dan berada dalam satu universe yang sama. Bahkan ada saatnya jagoan-jagoan itu ada dalam scene yang sama untuk sebuah film besar seperti dalam rilisan  Civil Wars dan Avenger.

Saat ini banyak film-film Hollywood dan Global bahkan Indonesia yang mengembangkan konsep Shared Universe ala MCU. Godzilla, KingKong , film animasi Monster University misalnya mereka memakai konsep ini dalam pembuatan filmnya. Sineas Indonesia pun rencananya akan memakai konsep Shared Universe ala MCU dalam sinema Jagat Bumilangit, yang akan dimulai dengan Gundala sebagai lakon perdananya.

Kedua,Mengaktualisasikan Easter Eggs. Easter eggs dalam dunia film adalah petunjuk-petunjuk kecil yang ada di film, sebagai clue bagi film selanjutnya yang berhubungan dan ini memang masih satu kesatuan dengan Konsep Shared Universe tadi. Penonton diajak untuk lebih aware dalam memerhatikan easter eggs ini.

Meski film lain juga gemar menebar easter eggs, namun film-film rilisan Marvel memang memunculkan rasa penasaran yang berbeda. Easter eggs yang tersebar dalam film-film mereka diolah menjadi teori oleh para penggemar yang mengaitkannya dengan kejadian di komik.

Ketiga, Post Credit Scene. Adegan setelah kredit title diakhir film kembali di populerkan oleh MCU. Walau ini bukan merupakan hal baru dalam industri perfilman.

 Namun MCU kembali mempopulerkannya dengan beberapa adegan yang oleh penonton dianggap sebagai petunjuk bagi film berikutnya.

 Dan penonton pun rela duduk menunggu sampai credit tittle-nya menghilang dan kemudian adegan yang hanya 3-5 menit, tayang baru mereka beranjak pulang.

Marvel pun menggarap adegan post-credit scene mereka dengan cukup serius. Post-credit scene seperti kemunculan Nick Fury di akhir Iron Manatau Thanos di The Avengers jelas membuat para penonton begitu semangat menganalisis adegan-adegan ini.

Keempat, Adaptasi dari komik namun inklusif. MCU memberi warna lain dalam mengadaptasi komik kedalam sebuah film, naskah skenarionya benar-benar disusun ulang detilnya. 

Walau backbone ceritanya tetap sama, agar film tersebut tidak eksklusif  hanya bisa dinikmati oleh pencinta  dan pembaca komik aslinya saja. Namun bisa juga dinikmati kalangan lain.

MCU mampu menjadi franchise yang sukses hingga membuat film-film adaptasi komik menjadi sajian yang dinikmati berbagai kalangan.

Marvel seperti memberi nafas baru terhadap dunia perfilman sekaligus berkontribusi besar terhadap dunia pop culture.

Sumber: 1, 2, 3

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun