Hari Kamis (14/08/19) kemarin saya hadir  dalam suatu acara di Jakarta untuk mendengarkan paparan  dari salah satu petinggi Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII) Jamalul Izza, ia menjelaskan bahwa kreatifitas dan elan pemuda-pemudi Indonesia itu betul-betul hebat dan penuh motivasi "semua orang sudah tahu kapabilitas Indonesia dalam masalah kreatifitas ini, solving problemnya bagus, paling tidak di Aseanlah, oke lah."ujarnya
Kreativitas dan determinasi sumberdaya manusia Indonesia itu memang telah banyak di akui dunia terutama di bidang Teknologi Informasi dan ilmu-ilmu turunannya, seni dan budaya merupakan keunggulan bagi orang Indonesia. Beberapa orang hebat Indonesia di bidang-bidang ini bisa menjadi contohnya.
Tentu kita sudah tidak asing dengan karakter boneka kecil kuning bernama The Minions yang merupakan karakter utama dalam film Despicable Me, kemudian karena mendapat apresiasi bagus dibuatkan spin offnya dengan judul The Minions. Sosok yang ada di belakangnya ternyata seorang pemuda berdarah Indonesia, Pierre Coffin yang merupakan Putra dari Sastrawan hebat Indonesia N.H.Dini.
Kemudian ada lagi seorang animator, yang sebagian ilmu mengkreasi animasinya hasil dari belajar secara otodidak, Andre Surya yang karyanya dipakai dalam Film Boxoffice Transformer 3D. Kali ini ada perempuan asal Indonesia, Griselda Sastrawinata seorang animator utama dalam film animasi Shrek produksi Dreamworks Studio dan sampai saat ini masih bekerja disana.
Jangan lupakan Joey Alexander Pianis muda kelahiran Bali yang saat menerima nominasi Grammy Award 2016 untuk Kategori Jazz Instrumental Terbaik, masih berusia 12 tahun. Dan masih banyak talenta-talenta lainnya.
Namun sayangnya tidak semua orang yang memiliki talenta luar biasa, bisa sukses seperti mereka. Selain faktor nasib dan kesempatan, terdapat hal lain yaitu birokrasi dan administrasi untuk memasuki sektor pekerjaan formal atau mendapatkan sebuah project. Karena lembaga formal membutuhkan otentifikasi terkait kompetinitas talenta tersebut berupa sertifikat kompetensi.Â
Nah untuk itulah Kementerian Tenaga Kerja dan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) serta Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) membuat sertifikasi-sertifikasi profesi yang akan menjustifikasi keahlian mereka dalam sebuah bidang tertentu. Sampai dengan tahun 2018 berdasarkan data BNSP, akumulasi pemegang sertifikat kompetensi profesi di Indonesia berjumlah 3,8 juta orang. Dengan target di 2019 ini mencapai 1,2 juta orang sudah tersertifikasi. Karena untuk bisa disebut sebagai negara maju kita butuh 58 juta orang pekerja yang sudah tersertifikasi.
Namun demikian masih ada sertifikasi yang sangat prestisius dan merupakan jaminan mutu kualitas talenta yang belum bisa di selenggarakan pemerintah. Karena memang sertifikasi tersebut dilakukan di luar negeri atau oleh perusahaan tertentu. Seperti sertifikasi IT internasional yang jadi jaminan mutu buat mendapatkan sebuah project atau pekerjaan. Berikut beberapa contoh sertifikasi IT internasional.
Cisco Certified Network Associate (CCNA) sertifikasi pengakuan kompetensi bidang jaringan komputer untuk entry level network engineer dengan ruang lingkup jaringan yang berskala mid-sized  router & switch
Comptia Network+adalah sertifikasi kompetensi yang menyatakan bahwa pemiliknya memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk mengelola, merawat, troubleshoot, instalasi, mengoperasikan, dan mengkonfigurasikan infrastruktru jaringan komputer di level dasar.Â