Ahmad Zaki CEO Bukalapak.com pernah menjadi sorotan masyarakat karena cuitannya di platform media sosial Twitter yang menyoroti kecilnya dana riset yang dianggarkan bagi kepentingan penelitian di negeri ini "Omong kosong Industri 4.0 kalau budget R&D negara kita kaya gini. Mudah-mudahan presiden baru bisa naikin," cuit Zaky, saat itu.
Sontak cuitan itu menuai berbagai tanggapan dari masyarakat luas. Lucunya yang menjadi spotlight bukan dipokok masalahnya yakni besaran dana riset yang sangat sedikit, tapi kata "presiden baru".Â
Maklum saat itu, pertengahan bulan Februari 2019, lagi panas-panasnya kampanye pemilihan presiden, jadi ucapan apapun dari siapapun selalu dihubungkan dengan urusan cupras capres. Apalagi ini ada kata presiden baru.Â
Beuh, pendukung 01 saat itu langsung meradang tagar blok bukalapak langsung menguasai trending topik di medsos. Rating aplikasi bukalapak dalam sehari langsung drop dari 4,5 menjadi sekitar 3,5.
Padahal secara esensial  apa yang dicuitkan Zaky itu benar adanya. Indonesia memang tertinggal untuk urusan dana riset dan development. Menurut data UNESCO organisasi pendidikan, keilmuan dan kebudayaan di bawah PBB. Indonesia menempati urutan buncit bersama Filipina terkait besaran dana riset.Â
Indonesia hanya mengalokasi dana riset dari APBN sebesar US$ 2 milyar atau senilai Rp. 28 triliun, setara dengan 0,1% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.Â
Presiden Jokowi saat itu kemudian langsung bereaksi dan memanggil Zaky ke Istana. Seraya menerangkan bahwa anggaran riset "Anggaran riset dan pengembangan mencapai Rp26 triliun pada tahun ini. Jadi, sudah gede anggarannya sebetulnya," ujarnya di Istana Merdeka. Saat itu.
Sebelumnya Jokowi pernah mewacanakan untuk mendirikan Badan Riset Nasional untuk mengelola dan menjadi tulang punggung riset nasional. Namun wacana itu masih tetap jadi wacana, entah kapan wacana itu jadi kenyataan.Â
Namun demikian pemerintahan Jokowi dalam Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara (APBN) 2019 telah meningkatkan anggaran untuk riset menjadi 37,5 trliun atau 0,3% dari PDB meingkat dibanding tahun 2018 yang sebesar Rp 26 trilun atau setara dengan 0,1% dari PDB.Â
Hal itu disebabkan oleh dana yang benar-benar dipakai untuk riset hanya 47%, "sisanya  53% dipakai untuk operasional birokrat Litbang di tiap kementrian dan membangun infrastruktur riset, ga salah sih kalo ga ada infrastrukturnya ya boleh silahkan aja dipake."Ujarnya.