Mohon tunggu...
Fery. W
Fery. W Mohon Tunggu... Administrasi - Berharap memberi manfaat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penikmat Aksara, Musik dan Tontonan. Politik, Ekonomi dan Budaya Emailnya Ferywidiamoko24@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Emang Harus Ada Menteri dari Kaum Milenial?

4 Juli 2019   15:27 Diperbarui: 4 Juli 2019   15:30 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Istilah milenial rasanya sudah terlalu mengharu biru, malah terasa lebay. Apa sih milenial itu? Cara hidup, mindset, atau cuma masalah umur saja?. Jadi apa sih milenial itu? Menurut wikipedia, milenial (juga dikenal sebagai Generasi Y, Gen Y atau Generasi Langgas) adalah kelompok demografi setelah Generasi X (Gen-X). 

Tidak ada batas waktu yang pasti untuk awal dan akhir dari kelompok ini. Para ahli dan peneliti biasanya menggunakan awal 1980-an sebagai awal kelahiran kelompok ini dan pertengahan tahun 1990-an hingga awal 2000-an sebagai akhir kelahiran.

Jadi mungkin yang dimaksud dengan calon menteri Jokowi yang berasal dari kaum milenial itu, adalah calon menteri yang umurnya di bawah usia 35. Jokowi tentunya sudah memiliki kriteria sendiri terkait hal itu, muda tidak hanya muda tapi tentu saja memiliki kapabilitas, moral, serta integritas yang mumpuni.

Memang banyak sekali anak muda yang memiliki semua itu, namun itu saja tidak cukup visi yang ada di kepala mereka harus seruang dan sebangun dengan pimpinannya dalam hal ini Jokowi. Agar skema  pemerintahannya sesuai dengan capaian target yang akan diraihnya.

Betul dalam beberapa kesempatan Jokowi mengutarakan keinginannya menggandeng anak-anak muda untuk membantunya dalam kabinet kerja di periode ke 2 pemerintahannya. "Bisa saja ada menteri umur 20 - 25 tahun. Tapi dia harus mengerti manajerial, manajemen, mampu mengeksekusi program yang ada. Karena saat ini dan ke depan perlu orang-orang dinamis." kata Jokowi beberapa waktu lalu.

Apakah keinginan Jokowi menjadikan anak-anak muda generasi milenial menjadi menteri di kabinetnya kali ini merupakan manifestasi dari keinginanannya untuk membentuk kabinet zaken yang berasal dari teknokrat maupun kaum profesional dalam bidangnya masing-masing, yang betul-betul merumuskan persoalan bangsa tanpa campur tangan kepentingan.

Hal ini pun pernah diungkapkan Jokowi, bahwa menteri-menteri yang nantinya akan ditunjuk berdasarkan pada kapabilitasnya semata, tanpa melihat dari partai politik atau dari kalangan mana mereka datangnya. "Kabinet diisi oleh orang ahli di bidangnya. Jangan sampai dibeda-bedakan ini dari profesional dan ini dari (partai) politik, jangan seperti itulah, karena banyak juga politisi yang profesional," kata Jokowi seperti yang dikutip dalam wawancara dengan harian Kompas.

Namun demikian rasanya Jokowi akan sangat sulit untuk mengabaikan masukan atau lebih tepatnya tekanan dari partai politik terkait posisi menteri-menteri yang akan ditunjuk sebagai pembantunya. 

Pemerintahan tidak hanya tentang kerja untuk kesejahteraan rakyat, namun bagaimana mengelola berbagai kepentingan termasuk kepentingan partai politik agar pemerintahan bisa berjalan dengan baik dan smooth tanpa gangguan yang berimplikasi gaduh, berujung pemerintahan menjadi tidak efektif.

Partai politik pendukung Jokowi seharusnya bisa tahu diri. Jangan pula terlalu terkesan mendiktekan keinginannya mendapatkan jatah dengan jumlah dan lingkup kerja tertentu seperti yang sering dilakukan oleh Muhaimin Iskandar Ketua Umum Partai PKB. Ingat presiden masih memiliki hak prerogatif buat memilih menteri-menterinya.

Hak prerogatif ini lah yang akan dipakai Jokowi untuk menuntaskan keinginannya agar orang muda bisa berdiri dibelakangnya untuk membantu mewujudkan program-program dan janji-janji kampanyenya. 

Memang betul memiliki menteri berusia muda bukan berarti menjadi jawaban atas semua permasalahan yang ada. Terdapat plus minus nya jika Jokowi benar menunjuk anak muda generasi milenial menjadi menterinya.

Dari sisi manajerial mungkin anak-anak muda tersebut sudah membuktikan kapabilitasnya dengan mengatasi berbagai masalah di perusahaan. Tapi sistem manajerial perusahaan berbeda sama sekali dengan pemerintahan. 

Birokrasi pemerintah itu berbeda, karena ada unsur budaya, sosial dan politik. Dalam menghadapi suatu perubahan, setiap individu berbeda menghadapinya dibutuhkan pengalaman untuk menghadapi hal ini.

Meskipun begitu ada kelebihan yang dimiliki orang muda apabila ditunjuk jadi menteri. Anak-anak muda umumnya lebih mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya, pikirannya lebih terbuka dan agile, tidak kaku. 

Anak muda itu dinamis dan memiliki kemampuan lebih baik dalam urusan teknologi-teknologi terkini. Dengan kelebihannya tersebut kita tidak akan pernah tahu ide-idenya yang terkadang out of the box mampu membawa bangsa ini menjadi lebih maju.

Selain itu dengan adanya anak muda  memimpin kementerian atau Lembaga Negara akan merubah paradigma pemerintahan yang kaku menjadi lebih relaks. Tapi jangan sampai perubahan yang terjadi terlalu drastis, perubahan yang dilakukan harus terukur, karena perubahan pasti memiliki resiko yang harus dipertanggungjawabkan. 

Untuk menjawab berbagai kekhawatirkan terkait akan ditunjuknya orang muda generasi milenial menjadi menteri terutama terkait pengalaman di pemerintahan. Jokowi berkilah "Itu kan nanti ada menteri koordinator, yang bisa mengkoordinir, memberikan arahan. Saya kira tidak perlu khawatir seperti itu Menkonya senior di bidangnya masing-masing." Kilahnya.

Nah yang terpenting bagi rakyat penunjukan menteri itu berdasarkan moral dan integritas terlebih dahulu, dan sebesar-besar manfaatnya buat kepemtingan dan kemaslahatan rakyat Indonesia. Siapapun nanti orang muda yang ditunjuk jadi menteri oleh Jokowi diharapkan berdasarkan merit system, bisa siapa saja.

Sumber.

Kompas.com

CNBCIndonesia.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun