Mohon tunggu...
Fery. W
Fery. W Mohon Tunggu... Administrasi - Berharap memberi manfaat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penikmat Aksara, Musik dan Tontonan. Politik, Ekonomi dan Budaya Emailnya Ferywidiamoko24@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Rekonsiliasi Bagai Menunggu Godot

29 Mei 2019   11:45 Diperbarui: 29 Mei 2019   11:50 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rakyat biasa menjadi korban politisasi elite karena sangat mudah terprovokasi oleh narasi-narasi politik yang sengaja mereka buat. Polarisasi terjadi semakin akut, akibat meningkatnya fanatisme politik masyarakat. Fanatisme Politik ini berhubungan erat dengan bangkitnya politik identitias baru-baru ini, terutama saat Pilkada DKI 2017,  walaupun sebetulnya infiltrasi politik identitas sudah mulai terjadi pada pilpres 2014. Fanatisme politik ini emang nyata di Fabrikasi, di kembangbiakan secara terstruktur, sistematis, dan masif. Fanatisme politik masyarakat terhadap kekuasaan semacam ini bisa menjadi bom yang sewaktu-waktu bisa meledak. 

Ledakan skala kecil sudah terjadi kemarin, para elite seharusnya bisa mencegah polarisasi sosial menjadi lebih tajam lagi dan menimbulkan ledakan berikutnya. Melembagakan perbedaan pendapat itu memang sebuah keharusan dalam sebuah proses demokrasi. Stop Provokasi kami rakyat Indonesia dengan kalimat-kalimat bersayap yang bertujuan mendelegitimasi institusi demokrasi, seperti Mahkamah Konstitusi (MK). 

Dengan tidak memprovokasi pun, rasanya rekonsiliasi sosial masih akan menempuh jalan yang panjang untuk menemukan akhirnya atau tidak akan pernah ada akhirnya, seperti menunggu Godot.

Sumber :

Wikipedia.org

Freedom House

Detik.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun