Rakyat biasa menjadi korban politisasi elite karena sangat mudah terprovokasi oleh narasi-narasi politik yang sengaja mereka buat. Polarisasi terjadi semakin akut, akibat meningkatnya fanatisme politik masyarakat. Fanatisme Politik ini berhubungan erat dengan bangkitnya politik identitias baru-baru ini, terutama saat Pilkada DKI 2017, Â walaupun sebetulnya infiltrasi politik identitas sudah mulai terjadi pada pilpres 2014. Fanatisme politik ini emang nyata di Fabrikasi, di kembangbiakan secara terstruktur, sistematis, dan masif. Fanatisme politik masyarakat terhadap kekuasaan semacam ini bisa menjadi bom yang sewaktu-waktu bisa meledak.Â
Ledakan skala kecil sudah terjadi kemarin, para elite seharusnya bisa mencegah polarisasi sosial menjadi lebih tajam lagi dan menimbulkan ledakan berikutnya. Melembagakan perbedaan pendapat itu memang sebuah keharusan dalam sebuah proses demokrasi. Stop Provokasi kami rakyat Indonesia dengan kalimat-kalimat bersayap yang bertujuan mendelegitimasi institusi demokrasi, seperti Mahkamah Konstitusi (MK).Â
Dengan tidak memprovokasi pun, rasanya rekonsiliasi sosial masih akan menempuh jalan yang panjang untuk menemukan akhirnya atau tidak akan pernah ada akhirnya, seperti menunggu Godot.
Sumber :
Wikipedia.org
Detik.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H