Dampak yang akan dirasakan oleh perekonomian Indonesia akibat dari CAD secara persisten ini adalah melemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain dan kalo tidak ditangani dengan benar akan mengurangi kecepatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun demikian CAD bukanlah kondisi yang harus dikhawatirkan secara berlebihan.Â
Meski di satu sisi berisiko menimbulkan dampak yang buruk, namun di sisi lain bisa menciptakan  lapangan kerja dan iklim investasi yang baik apabila CAD ini terjadi selama periode inward invesment. Â
Terlepas dari itu semua Defisit Transaksi berjalan akan bisa ditutup  kok, dengan surplus transaksi modal, yang menurut catatan Bank Indonesia kuartal-I Tahun 2019 terjadi surplus transaksi modal sebesar US 10,1 Milyar dolar. Jadi jangan terlalu khawatir, biasa saja.Â
Walaupun pemerintah  masih harus berbenah  supaya defisit tidak terlalu dalam, karena apabila transaksi berjalan mengalami defisit terus menerus dalam jangka panjang semakin membesar dan kondisi defisit tersebut telah mempengaruhi variabel-variabel makroekonomi lainnya seperti pertumbuhan ekonomi, nilai tukar dan inflasi, maka harus dilakukan serangkaian kebijakan ekonomi (economic measures) untuk mengurangi tekanan defisit transaksi berjalan, untuk mencegah agar ekonomi tidak terseret ke dalam periode krisis.Â
Selain itu, dalam jangka pendek perlu menjaga iklim investasi yang kondusif agar dapat mengakomodasi masuknya Foreign Direct Invesment (FDI), investasi lainya (pinjaman), dan investasi portofolio.
Oleh karena itu upaya menjaga sustainabilitas defisit transaksi berjalan harus lebih bertumpu pada peningkatkan ekspor daripada penurunan impor. Kondisi saat ini menunjukkan bahwa perkembangan ekspor Indonesia masih tergantung pada sumber daya alam (kehutanan dan pertanian) maupun sumber daya alam tak terbarukan (pertambangan).
Â
Sumber :
Kemenkeu.go.id | Bi.go.id | cnbcindonesia.com | kontan.co.id