Kondisi yang sudah ajeg dan telah menjadi konsensus semua pihak sejak lama, tiba-tiba harus terdisrupsi oleh keberadaan atlet transgender yang basis biologis dan fisiologisnya serta memiliki hormon testoteron yang ada saat mereka lahir sebagai pria, bertanding di kategori wanita, ya wajar lah kalau banyak pihak menolak kondisi tersebut, karena memang tidak fair.
Padahal yang menjadi salah satu azas dari olahraga adalah fairness, yang menjadi titik tolak sportivitas
Sementara pihak lain yang mendukung atlet trans berkompetisi di kategori wanita, selain alasan 'Wokeism' yang menjunjung tinggi keberagaman dan hak azasi manusia.
Alasan lainnya, seperti yang diungkapkan oleh Mc Kinnon yang juga merupakan seorang asisten profesor ilmu filsafat di College of Charleston South California AS, seperti yang dilansir BBC.Com, ia sejatinya sudah menjadi wanita utuh seperti wanita pada umumnya
Karena dalam proses transformasinya dari pria menjadi wanita, ia banyak dan terus mengkonsumsi hormon estrogen yang bisa menghambat produksi hormon testoteron yang dianggap sebagai sumber keunggulan pria dibanding wanita dalam olahraga.
Ia menambahkan bahwa masa otot atlet-atlet transgender sejatinya telah berkurang, begitu pun dengan kecepatan dan kekuatannya karena proses transformasi itu.
Intinya perubahan itu telah membentuk transgender menjadi sama dengan perempuan lainnya dengan ukuran tubuh serupa.
Namun, temuan lain yang dilansir ESPN, seperti yang saya saksikan lewat channel Youtube-nya, berdasarkan hasil penelitian Joanna Harper dari University Loughborough Inggris, yang secara khusus meneliti atlet transgender menemukan bahwa hormon testoteron yang menyusun struktur tubuh dalam hal kekuatan, kecepatan, dan ukuran ada di dua jenis kelamin pria dan wanita, tapi intensitasnya jauh lebih tinggi dimiliki pria, dan produksinya tak akan bisa sepenuhnya dihambat oleh apapun, termasuk oleh keberadaan hormon estrogen.
Kondisi itu given, sebagai konsekuensi fisiologis dari perbedaan gender pria dan wanita. Dengan demikian mau seperti apapun alasan dan upaya yang dilakukan, secara fisiologis, seseorang yang terlahir sebagai pria akan tetap sebagai pria sampai akhir hayatnya, begitu pun sebaliknya.
Oleh sebab itu, berbagai organisasi cabang olahraga dunia melarang keikutsertaan transgender untuk berkompetisi di kategori wanita.
Federasi atletik dunia (IAAF) melarang atket transgender bertanding di kategori perempuan dalam setiap tingkatan kompetisi atletik.