Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bukalapak Belum Akan Tutup Lapak

9 Januari 2025   14:33 Diperbarui: 9 Januari 2025   14:33 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Transformasi bisnis besar-besaran kini sedang terjadi di Bukalapak, salah satu pionir e-commerce di Indonesia.

Melalui blog resminya, Bukalapak menyatakan akan menutup lini usaha yang di awal pendiriannya menjadi misi utamanya dan selama ini membesarkannya, penjualan produk fisik di marketplace mereka.

Langkah ini merupakan bagian dari transformasi perusahaan untuk lebih memfokuskan diri pada layanan produk virtual, seperti perdagangan pulsa pra bayar, paket data, token listrik, hingga berbagai pembayaran tagihan, seperti listrik, PDAM, BPJS Kesehatan, sampai dengan TV kabel dan internet.

Harapannya, dengan alih fokus ini, Bukalapak dapat lebih dalam mengelola bisnisnya untuk memenuhi kebutuhan pasar yang terus berkembang.

Dalam pandangan Manajemen Bukalapak perubahan arah bisnis tersebut merupakan cerminan atas adaptasi perusahaan terhadap dinamika pasar yang semakin digitalize.

Namun, perubahan arah bisnis ini direspon negatif oleh pasar saham. Begitu kabar tersebut merebak di publik pada Selasa, 7 Januari 2025, pergerakan harga saham Bukalapak langsung terjun bebas, nyaris 5 persen 

Menurut data IDX.co.id, saham berkode emiten BUKA tersebut, sempat jatuh 4,92 persen pada pukul 15.00 berada di level Rp116 per saham.

Media pun menyoroti transformasi Bukalapak ini sebagai sesuatu yang negatif, bahkan dianggap sebagai tondo-tondo Bukalapak bakal segera tutup lapak, alias gulung tikar

Bahkan di media sosial, sebagian besar Netizen menganggap Bukalapak sudah "rest in peace." terkubur akibat tak mampu bersaing dengan peer kompetitornya seperti Shopee, Tokopedia, atau Lazada.

Dan faktanya, Bukalapak memang tak lagi mampu mengimbangi inovasi dan pergerakan bisnis para pesaingnya tersebut.

Tentu saja, anggapan tersebut sangat masuk akal, mengingat core bisnis Bukalapak sejak awal pendirian hingga saat ini adalah platform marketplace yang bisnis utamanya menjadi jembatan antara penjual berbagai produk fisik dengan konsumennya.

Ketika core bisnis nya hilang, otomatis akan dianggap sudah tak memiliki lagi kapabilitas untuk menggerakan perusahaannya.

Apalagi bisnis layanan produk pembayaran dan virtual, pelakunya sudah sangat banyak. Mereka harus bertarung dengan bank dan berbagai aplikasi layanan keuangan digital lainnya yang selama ini telah terlebih dahulu eksis.

Bukalapak Belum Karam

Apa yang terjadi dengan Bukalapak ini relevan dengan adagium dari Thucydides seorang Sejarawan Yunani yang hidup  2.500 tahun lalu.

 'The strong do what they can and the weak suffer what they must'

Adagium ini secara garis besar menggambarkan dinamika kekuasaan dan ketidakberdayaan kaum lemah ketika menjalani kehidupan. 

Dalam konteks bisnis, terutama dalam persaingan yang sangat ketat seperti di industri e-commerce, di mana Bukalapak dan para pesaingnya "bertempur"

Adagium tersebut bisa diinterpretasikan kurang lebih seperti ini, yang kuat, dalam hal ini adalah perusahaan dengan infrastruktur dan inovasi yang kuat, memiliki kebebasan untuk menentukan arah pasar. 

Mereka mampu menginvestasikan sumber daya yang besar dalam inovasi, pemasaran, dan akuisisi untuk memperkuat posisinya.

Sedangkan si lemah, perusahaan dengan infrastruktur yang lebih inferior  harus menerima konsekuensi dari tindakan yang diambil oleh yang kuat. 

Mereka mungkin dipaksa untuk mengikuti tren pasar yang ditetapkan oleh pemain besar atau bahkan keluar dari pasar.

Dalam konteks Bukalapak,mereka dapatdianggap sebagai "si lemah" dalam persaingan dengan Shopee dan Tokopedia. Meskipun memiliki basis pengguna yang loyal, Bukalapak kalah dalam hal kecepatan inovasi dan agresivitas pemasaran.

Keputusan untuk l fokus pada layanan pembayaran dan produk virtual dapat dilihat sebagai upaya untuk bertahan di tengah persaingan yang ketat. 

Dengan kata lain, Bukalapak melakukan apa yang harus dialaminya agar tetap relevan di pasar.

Menurut saya langkah strategis Bukalapak ini cukup solutif, dengan memilih untuk tidak mempertahankan pasar yang sulit mereka raih dan beralih ke area yang dalam pandangannya cocok dengan constrain dan kapabiltas yang mereka miliki saat ini.

Perubahah fokus bisnis itu sebenarnya sudah mulai mereka lakukan jauh sebelumnya, fokus mereka bukan lagi marketplace, tapi Gaming, Mitra,investasi, dan ritel, yang seluruhnya berbasis virtual.

Meskipun perubahan arah bisnis ini akan terasa sangat berat buat Bukalapak, tapi dengan fokus ke layanan produk virtual, ongkos operasional bisa sangat ditekan, terutama dari sisi tenaga kerja.

Mengoperasikan layanan produk virtual relatif hanya membutuhkan tenaga kerja tak terlalu banyak, apalagi Bukalapak masih menyisakan dana kas hasil Initial Public Offering (IPO) di Bursa Saham Indonesia, sebesar Rp9 triliun.

Bukan tidak mungkin, Bukalapak akan kembali moncer setelah perubahan arah bisnis ini berjalan secara ajeg.

Penutup

Transformasi Bukalapak menjadi sebuah babak baru dalam perjalanan perusahaan. Meskipun menghadapi tantangan, keputusan untuk fokus pada produk virtual ini membuka peluang baru.

Dengan memanfaatkan teknologi yang ada dan potensi pasar yang besar, Bukalapak memiliki kesempatan untuk menjadi pemain utama dalam ekosistem digital Indonesia. 

Hanya waktu yang akan membuktikan apakah langkah strategis ini akan membuahkan hasil yang diharapkan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun