Keputusan untuk l fokus pada layanan pembayaran dan produk virtual dapat dilihat sebagai upaya untuk bertahan di tengah persaingan yang ketat.Â
Dengan kata lain, Bukalapak melakukan apa yang harus dialaminya agar tetap relevan di pasar.
Menurut saya langkah strategis Bukalapak ini cukup solutif, dengan memilih untuk tidak mempertahankan pasar yang sulit mereka raih dan beralih ke area yang dalam pandangannya cocok dengan constrain dan kapabiltas yang mereka miliki saat ini.
Perubahah fokus bisnis itu sebenarnya sudah mulai mereka lakukan jauh sebelumnya, fokus mereka bukan lagi marketplace, tapi Gaming, Mitra,investasi, dan ritel, yang seluruhnya berbasis virtual.
Meskipun perubahan arah bisnis ini akan terasa sangat berat buat Bukalapak, tapi dengan fokus ke layanan produk virtual, ongkos operasional bisa sangat ditekan, terutama dari sisi tenaga kerja.
Mengoperasikan layanan produk virtual relatif hanya membutuhkan tenaga kerja tak terlalu banyak, apalagi Bukalapak masih menyisakan dana kas hasil Initial Public Offering (IPO) di Bursa Saham Indonesia, sebesar Rp9 triliun.
Bukan tidak mungkin, Bukalapak akan kembali moncer setelah perubahan arah bisnis ini berjalan secara ajeg.
Penutup
Transformasi Bukalapak menjadi sebuah babak baru dalam perjalanan perusahaan. Meskipun menghadapi tantangan, keputusan untuk fokus pada produk virtual ini membuka peluang baru.
Dengan memanfaatkan teknologi yang ada dan potensi pasar yang besar, Bukalapak memiliki kesempatan untuk menjadi pemain utama dalam ekosistem digital Indonesia.Â
Hanya waktu yang akan membuktikan apakah langkah strategis ini akan membuahkan hasil yang diharapkan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H