Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Sedikit Cerita Tentang Krisis Finansial Global 2008, Ulasan Film "Too Big To Fail"

27 Oktober 2024   16:01 Diperbarui: 27 Oktober 2024   16:12 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti kartu domino yang disusun rapi, satu per satu. Ketika satu domino jatuh, seluruh susunan kartu akan runtuh bersamaan. Itulah gambaran sederhana dari krisis keuangan global 2008,di mana kebangkrutan satu institusi keuangan raksasa dapat memicu efek domino yang menghancurkan seluruh sistem ekonomi, atau biasa disebut dampak sistemik.

Situasi dan kondisi saat itu dipotret oleh Andrew Sorkin menjadi sebuah buku bertajuk "Too Big To Fail" yang kemudian diadaptasi menjadi sebuah film dengan judul yang sama. 

Drama di Balik Layar Krisis Keuangan Global 2008

"Too Big to Fail" adalah film drama yang dirilis tahun 2011, dan disutradarai oleh Curtis Hanson, dengan menampilkan sejumlah aktor dan aktris papan atas Hollywood, seperti William Hurt yang berperan sebagai Henry Paulson Menteri Keuangan Amerika Serikat, Paul Giamatti, Gubernur Federal Reserve atau The Fed, Ben Bernanke, dan James Woods memerankan Richard Fuld CEO Lehman Brothers, tokoh-tokoh kunci dalam dunia keuangan dan politik Amerika Serikat, pada saat peristiwa itu terjadi sekitar tahun 2006-2008.

Film ini dimulai dengan menggambarkan bagaimana praktik pemberian kredit perumahan berisiko tinggi (subprime mortgage) memicu gelembung perumahan (housing bubble) di Amerika Serikat. 

Ketika gelembung itu meledak, harga rumah anjlok, dan banyak orang tidak mampu membayar cicilan KPR mereka. Hal ini menyebabkan kredit macet (Non-Performing Loan) dan kerugian besar bagi bank serta lembaga keuangan, yang pada akhirnya memicu krisis keuangan global.

"Too Big to Fail" alur ceritanya memfokuskan pada upaya Menteri Keuangan AS saat itu, Henry Paulson, bersama dengan Ketua bank sentral AS The Fed, Ben Bernanke, dan para CEO grup bank-bank  besar di Wall Street untuk mencegah keruntuhan sistem keuangan.

Film ini dengan apik menggambarkan dilema yang dihadapi para pengambil keputusan untuk memilih, menyelamatkan lembaga keuangan yang "too big to fail" (terlalu besar untuk gagal) seperti Lehman Brothers, Merril Lynch, Bear Sterns dan Goldman Sachs yang memiliki eksposure besar terhadap mortgage-backed securities (MBS) dan instrumen keuangan lainnya yang terkait dengan subprime mortgage, lewat bailout alias dana talangan dari pemerintah menggunakan uang pajak rakyat AS atau membiarkan mereka bangkrut dan menghadapi risiko krisis keuangan yang lebih dalam.

Keputusan Sulit dan Efek Domino

Setelah melakukan assesmen intens dan penuh perdebatan, mereka memutuskan untuk menyelamatkan Bear Stearns, sebuah bank investasi besar, dengan memfasilitasi akuisisi oleh JP Morgan Chase, dan membantu merestrukturisasi Merril Lynch dan Goldman Sachs untuk menyehatkan kondisi keuangannya.

Namun, keputusan untuk tidak menyelamatkan Lehman Brothers justru memicu kepanikan di pasar keuangan global. Kebangkrutan Lehman Brothers menjadi titik balik dalam krisis, yang menyebabkan penurunan tajam di pasar saham dan pembekuan kredit.

Akibatnya, karena ekosistem pasar keuangan saling terkait satu sama lain, bank-bank komersial besar seperti Citibank, Bank of America, bahkan AIG perusahaan asuransi raksasa ikut terseret dalam arus "kegilaan industri keuangan" yang terjadi saat itu.

Dan ujungnya menyebar ke pasar keuangan Eropa, dan sebagian kecil Asia, ketika pasar keuangan AS dan Eropa "sakit" otomatis dampaknya akan dirasakan oleh seluruh dunia, sehingga menimbulkan krisis keuangan global.

Film ini juga menunjukkan dampak krisis terhadap masyarakat umum. Banyak orang kehilangan pekerjaan, rumah, dan tabungan mereka. Krisis ini menimbulkan ketidakpastian ekonomi yang luas dan mempengaruhi kehidupan masyarakat di seluruh dunia.

Pesan Moral dan Relevansi

Film yang meraih Golden Globe Award pada tahun 2012 ini, tidak hanya menyajikan drama di balik krisis keuangan, tetapi juga menyampaikan pesan tentang kerentanan sistem keuangan, pentingnya regulasi, dan menyadari konsekuensi dari laku penuh keserakahan. 

Film ini juga menyoroti dilema moral dalam pengambilan keputusan dan dampak krisis terhadap masyarakat.

Ingat hampir semua krisis ekonomi besar di dunia ini, bermula dari perkara yang sebenarnya kecil saja, tapi lantaran ditangani secara tidak proporsional, kemudian membesar dan liar sehingga sangat sulit untuk dimitigasi tanpa menimbulkan collateral damage yang cukup masif.

Betul, krisis finansial global 2008 pada akhirnya bisa diselesaikan, tapi menyisakan cerita pilu dari korban-korbannya.

Secara keseluruhan, "Too Big to Fail" adalah film yang menarik dan informatif tentang salah satu periode paling bergejolak dalam sejarah ekonomi modern. Film produksi HBO Films ini memberikan gambaran yang jelas tentang kompleksitas krisis keuangan dan perjuangan para pemangku kepentingan untuk mencegah keruntuhan ekonomi global.

Mungkin, film ini bisa menjadi pelajaran bagi para pemangku kepentingan di Negeri ini untuk tidak "main-main" dalam mengelola ekonomi Negara, salah langkah sedikit saja, Rakyat lah yang akan menjadi korban.

Film "Too Big to Fail" tidak hanya memberikan gambaran tentang kompleksitas krisis keuangan global, tetapi juga menyampaikan pesan universal tentang pentingnya kewaspadaan, kebijakan yang tepat, dan kerja sama dalam menghadapi tantangan ekonomi.

Di Indonesia, dengan sistem keuangan yang semakin terintegrasi dengan ekonomi global, pelajaran dari krisis 2008 menjadi semakin relevan. 

Penting bagi pemerintah, otoritas keuangan, dan pelaku industri untuk memperkuat fundamental ekonomi, menerapkan prinsip kehati-hatian, dan meningkatkan koordinasi untuk memitigasi risiko dan menjaga stabilitas sistem keuangan. Kesiapsiagaan dan respons yang  cepat dan tepat akan menjadi kunci dalam mengarungi badai ketidakpastian ekonomi global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun