And you know what, karena "doom spending" itu merupakan belanja impulsif yang melibatkan pembelian barang-barang yang tidak dibutuhkan, ujungnya akan berkontribusi pada konsumsi berlebihan dan menciptakan limbah yang tidak baik untuk lingkungan.
Mengelola Doom Spending dengan Bijak
Di titik inilah, dibutuhkan elan yang berhubungan dengan literasi keuangan. Sadari bahwa berbagai kecemasan tadi, sebenarnya bisa diatasi dengan baik, terutama yang berkaitan dengan kondisi keuangan di masa depan, melalui pengelolaan keuangan yang lebih bijak misalnya dengan cara berinvestasi atau menabung.
Andai hasrat berbelanja kian membuncah memenuhi pikiran, gunakan three days rule. Pikir kembali selama tiga hari sebelum memutuskan untuk berbelanja sesuatu.
"Gunakan metode three days rule, agar kita bisa mengontrol nafsu belanja kita" ujar Grani Ayuningtyas, Analis Senior Deputi Direktur Pelaksana Edukasi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Peluncuran ORI026 dan Kegiatan Literai Keuangan (Like It) Â di Bogor, Senin 30 September 2024 kemarin.
Mungkin akan lebih baik, jika kita merencanakan pengeluaran dan mematuhi anggaran tersebut. Termasuk merencanakan investasi dengan penuh kesadaran.
Salah satu hal yang dapat menjadi pijakan agar kecemasan-kecemasan yang menimbulkan "doom spending" tadi bisa di atasi adalah dengan cara berinvestasi, bukan berbelanja secara impulsif.
Menghindari Jebakan Doom Investing
Namun, dalam berinvestasi jangan pula terjebak pada situasi "doom investing"Â yang merujuk pada pola investasi yang didorong oleh rasa takut dan kepanikan akan masa depan, bukan oleh strategi yang rasional dan terencana.
Contoh "Doom Investing,"adalah perilaku FOMO (fear of missing out), terburu-buru  berinvestasi pada aset yang sedang naik daun tanpa melakukan riset yang memadai, karena takut ketinggalan kesempatan.Â
Ini bisa dianggap sebagai bentuk "doom investing" karena didorong oleh rasa takut dan kecemasan
Nah oleh sebab itu, apabila kita berniat untuk berinvestasi, pastikan dulu bahwa instrumen investasi tersebut legal dan logis.
Legal artinya, terdaftar dan diawasi oleh otoritas terkait, kemudian logis, imbal hasil atau bunga yang ditawarkannya masuk akal.