Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Money Monster," Film Menghibur yang Menggugah Pikiran

22 September 2024   14:29 Diperbarui: 22 September 2024   14:29 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak banyak film yang berani mengangkat isu spesifik dunia investasi atau ekonomi sebagai jangkar ceritanya. 

Namun, terkait krisis keuangan 2008, setidaknya ada tiga film yang membahas salah satu krisis ekonomi terparah dalam sejarah modern ini. Film dokumenter Inside Job yang dirilis tahun 2010 meraih Oscar atas pendekatan investigatifnya mengenai hal itu. 

Kemudian ada nominasi Oscar tahun 2016, The Big Short, yang membungkus isu serius secara lebih ringan, mendokumentasikan pekerjaan beberapa investor bermata jeli yang meramalkan kejatuhan ekonomi 2008, yang utamanya dirasakan di kawasan Amerika Serikat dan Eropa.

Ketiga, adalah "Money Monster", film yang akan saya bahas kali ini setelah menontonnya lagi untuk ketiga kalinya di Netflix.

Krisis Keuangan 2008

Sebelum membahas film ini, mari kita ilustrasikan apa yang terjadi pada krisis keuangan 2008, yang menjadi latar belakang film yang disutradarai oleh aktris papan atas Hollywood, Jodie Foster ini. 

Krisis keuangan 2008, atau disebut juga sebagai Krisis Finansial Global, bermula di Amerika Serikat dan menyebar ke seluruh dunia, menyebabkan kejatuhan pasar saham, kebangkrutan bank-bank besar, dan resesi ekonomi yang parah. 

Penyebab utama krisis ini adalah praktik pemberian kredit perumahan yang tidak bertanggung jawab, yang dikenal dengan subprime mortgage, dan produk-produk keuangan derivatif yang cukup kompleks yang berkaitan dengan pasar keuangan dan properti.

Krisis keuangan yang dianggap parah ini, sebenarnya tak sepenuhnya mengglobal juga. Sebagian besar warga benua Asia, termasuk Indonesia, tak terlalu merasakannya, seperti krisis moneter 1998. 

Oleh sebab itu, banyak masyarakat Indonesia, terutama kalangan yang tak berkecimpung di dunia keuangan dan investasi, kurang familiar dengan isu krisis keuangan 2008. 

Namun, bagi masyarakat Amerika Serikat, krisis keuangan 2008 sangat terasa berat dan hampir melumpuhkan perekonomian mereka. Bank-bank investasi besar seperti Lehman Brothers dan Bank of America mengalami kebangkrutan atau harus diselamatkan oleh pemerintah.

Drama di Balik dan di Depan Layar

Nah, dampak dari kondisi inilah yang dipotret untuk kemudian dituangkan dalam cerita fiksi ke dalam  film "Money Monster." 

Film yang dibintangi oleh George Clooney dan Julia Roberts ini dirilis pada tahun 2016 dan berpusat pada sosok Lee Gates (George Clooney), pembawa acara program keuangan populer "Money Monster". Lee memberikan saran-saran investasi kepada penontonnya, atau lebih tepatnya, mempromosikan saham dengan cara yang bombastis semacam "Pom-Pom" Saham, kadang tanpa landasan analisis yang kuat. 

Lee terlihat seperti seorang ahli keuangan yang handal dan tak pernah salah. Namun, di balik layar, ia hanyalah pion dalam permainan keuangan yang lebih besar, dibimbing oleh produsernya, Patty Fenn (Julia Roberts), untuk menghasilkan rating yang tinggi.

Film bergenre thriller ini dibuka dengan penampilan Lee saat memberikan saran-saran investasi dalam siaran langsung kepada para penontonnya. 

Di tengah siaran langsung, seorang anak muda bernama Kyle Budwell (Jack O'Connell) yang kemudian dikenal sebagai sosok investor yang kehilangan seluruh tabungannya karena saran Lee, menyandera Lee dan kru acaranya. 

Kyle menuntut penjelasan tentang bagaimana sebuah perusahaan yang direkomendasikan Lee bisa membuatnya kehilangan uang sangat besar.

Situasi ini sejatinya berawal bukan dari saat penyanderaan itu berlangsung, tapi beberapa waktu sebelumnya, ketika saran Lee mengenai saham Ibis Clear Capital, perusahaan teknologi yang sedang naik daun, yang kemudian terbukti salah besar. 

Saham Ibis anjlok secara misterius, membuat ribuan investor kehilangan uang mereka. Di antara mereka adalah Kyle, seorang pekerja kelas menengah yang menginvestasikan seluruh tabungannya berdasarkan rekomendasi Lee.

Didorong oleh kemarahan dan keputusasaan, Kyle menyelinap ke studio "Money Monster" dan menyandera Lee saat siaran langsung. Dengan pistol di tangan dan rompi bom yang dipasangkan di dada Lee, Kyle menuntut jawaban: bagaimana bisa perusahaan yang direkomendasikan Lee kehilangan miliaran dolar dalam semalam?

Patty, dengan tenang dan penuh konsentrasi, bekerja di balik layar untuk mengendalikan situasi. Ia berkoordinasi dengan polisi, mencoba menenangkan Kyle, dan yang terpenting, berusaha mengungkap kebenaran di balik kejatuhan Ibis. 

Saat Lee dan Patty menggali lebih dalam, mereka menemukan jaringan korupsi dan manipulasi pasar yang luas. CEO Ibis, Walt Camby, ternyata telah melakukan praktik bisnis yang tidak etis untuk menopang harga sahamnya. 

Kyle, yang awalnya dianggap seperti penjahat, berubah menjadi "accidental hero" dianggap pahlawan karena sebuah kondisi, memaksa Lee dan Patty untuk menghadapi konsekuensi dari tindakan mereka dan mengungkap kebenaran kepada publik.

Belajar dari Sebuah Film

Secara umum, "Money Monster" mampu menjadi tontonan yang cukup menghibur, penuh ketegangan, tetapi dalam saat bersamaan memberikan asupan pengetahuan yang cukup serius di dunia investasi. 

Dalam bahasa sang Sutradara, Jodie Foster, "Film ini adalah film 'popcorn' yang bisa dinikmati siapa pun, namun memaksa kita belajar sesuatu yang rumit."

Alur ceritanya berjalan cukup cepat, dengan plot ketegangan yang konstan, membuat penonton tetap terlibat sepanjang cerita. 

Penyutradaraan Jodie Foster yang cekatan dan skenario yang cerdas membuat "Money Monster" menjadi tontonan yang menarik dan menggugah pikiran. 

George Clooney memberikan penampilan yang karismatik sebagai Lee Gates, seorang pria yang harus menghadapi konsekuensi dari tindakannya di depan mata publik. Julia Roberts juga brilian sebagai Patty Fenn, produser yang tenang dan kompeten yang berusaha mengendalikan situasi.

Film ini, dalam perspektif saya, menyoroti tiga hal penting yang berkaitan dengan isu di dunia pasar keuangan. 

Pertama, tentang kurangnya transparansi dan akuntabilitas di pasar keuangan. Investor seperti Kyle seringkali dibutakan oleh janji keuntungan besar tanpa memahami risiko yang sebenarnya. "Money Monster" menunjukkan bagaimana praktik bisnis yang tidak etis dapat disembunyikan di balik jargon keuangan yang rumit.

Kedua, praktik manipulasi pasar yang di dunia nyata memang kerap terjadi. Film ini menunjukkan bagaimana algoritma perdagangan dapat dimanfaatkan untuk menciptakan ilusi permintaan, menaikkan harga saham secara artifisial, dan kemudian menyebabkan kerugian besar bagi investor yang tidak waspada.

Dan terakhir, peran media dalam mempromosikan investasi yang berisiko. Lee Gates, meskipun karismatik dan menghibur, pada dasarnya adalah seorang salesman yang menjual saran investasi tanpa melakukan uji tuntas yang memadai. 

Film ini mempertanyakan tanggung jawab media untuk memberikan informasi yang akurat dan seimbang kepada publik. 

Isu media seperti ini juga relevan dengan situasi di Indonesia saat ini, di mana begitu banyak peristiwa yang muncul akibat framing yang dilakukan oleh media, alih-alih memberi pencerahan malah mengaburkan substansi sebuah permasalahan.

Secara keseluruhan, "Money Monster" memberikan gambaran yang dramatis tentang bagaimana praktik-praktik tidak etis dan manipulasi pasar dapat merusak kepercayaan investor dan mengganggu stabilitas sistem keuangan. 

Film ini mengajak kita untuk lebih kritis terhadap informasi yang kita terima, mempertanyakan motif di balik saran investasi, dan menuntut transparansi serta akuntabilitas yang lebih besar dari perusahaan dan institusi keuangan.

But anyway, film tetaplah sebuah karya seni yang harus menghibur, seperti dikatakan Pablo Picasso

 "The purpose of art is washing the dust of daily life off our souls."

Dan "Money Monster" adalah film thriller yang memang menghibur, namun berisi dan menggugah pikiran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun