Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tupperware Runtuh, Ketika Merk Ikonik tak Lagi Relevan

17 September 2024   15:54 Diperbarui: 17 September 2024   16:02 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tupperware, sebuah nama yang begitu lekat di hati banyak orang, terutama para ibu rumah tangga. Wadah plastik berwarna-warni ini pernah menjadi simbol kemapanan dan gaya hidup modern. Namun, siapa sangka bahwa perusahaan yang dulu berjaya ini kini berada di ambang kebangkrutan.

Bahkan, seperti dilansir Bloomberg News, Tupperware berencana mengajukan perlindungan dari kebangkrutan atau bankruptcy protection dalam waktu dekat.

Tanda-tanda akan berakhirnya "masa kejayaan" Tupperware memang sudah terlihat jelas dalam beberapa tahun terakhir. Kapitalisasi sahamnya menguap hingga 95 persen dalam 3 tahun terakhir. 

Mengutip Investing.com, nilai saham Tupperware pada penutupan perdagangan di Bursa Saham New York, Senin 16 September 2024, hanya tinggal 0,50 US Dollar per saham, turun 57,7 persen dibandingkan akhir pekan lalu atau 96 persen dibandingkan masa jayanya.

Lebih parahnya lagi, Otoritas Bursa Saham New York mengatakan Tupperware dalam bahaya dihapuskan dari pasar saham (delisting) karena tak kunjung mengajukan laporan keuangan tahunannya. 

Perusahaan yang berbasis di Orlando, Florida, AS ini, terakhir menyampaikan laporan keuangan setahun lalu, di akhir September 2023. Dalam keterbukaan informasi yang disampaikan, Tupperware mengakui perusahaan terus mengalami tantangan likuiditas yang signifikan dan masih mempunyai keraguan besar mengenai kemampuannya untuk mempertahankan kelangsungan usahanya. 

Di sisi pendapatan, penjualan bersihnya turun 18% pada kuartal kedua 2023 dibandingkan tahun sebelumnya, dan perusahaan melaporkan kerugian bersih sebesar $14,1 juta. Utang yang menumpuk hingga akhir September 2023 totalnya mencapai 777 juta US Dollar atau setara Rp12 triliun.

Dengan kondisi seperti ini, rasanya Tupperware tak akan mampu lagi memperbaiki kinerjanya, dan benar-benar di ambang kebangkrutan, kecuali ada keajaiban.

Lantas, bagaimana hal ini bisa terjadi? Mari kita telusuri perjalanan Tupperware dari masa keemasannya hingga menghadapi tantangan berat di era modern.

Awal Perjalanan yang Gemilang

Kisah Tupperware dimulai pada tahun 1946, ketika Earl Tupper menciptakan wadah plastik kedap udara pertama. Inovasi ini merevolusi cara orang menyimpan makanan, menjaga kesegaran dan mencegah kontaminasi. Namun, Tupperware tidak langsung sukses.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun