Seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya, SBN ritel adalah produk berkualitas, Â Instrumen investasi ini diterbitkan oleh negara, sehingga keamanannya terjamin. Pembayaran pokok dan imbal hasilnya dibayarkan tepat waktu, dan keberadaannya dijamin oleh dua undang-undang
Imbal hasilnya menarik, selalu di atas suku bunga acuan Bank Indonesia dan rata-rata suku bunga deposito di bank-bank buku 4.
Proses berinvestasinya sangat mudah, bahkan bisa dilakukan secara daring. Selain itu, nilai minimal investasinya terjangkau; dengan Rp1 juta, sudah bisa berinvestasi.
Mengapa SBN Ritel Belum Populer
Alasan utama mengapa masyarakat masih enggan berinvestasi di SBN ritel adalah karena faktor kebiasaan dan pengetahuan yang diwariskan dari generasi sebelumnya. Banyak orang Indonesia tumbuh dengan keyakinan bahwa emas, properti, atau deposito adalah pilihan investasi paling aman.Â
Buku 'Psychology of Money' karya Morgan Housel menjelaskan bahwa keputusan keuangan kita seringkali dipengaruhi oleh pengalaman dan pengetahuan yang kita peroleh selama tumbuh dewasa.
Oleh karena itu, sejak 2018, saya mencoba memperkenalkan SBN dan sukuk ritel melalui tulisan-tulisan di Kompasiana, agar instrumen investasi ini terdengar lebih akrab di telinga pembacanya.
Perbandingan SBN Ritel dengan Investasi Lain
Untuk memahami perbandingan berinvestasi di SBN atau sukuk ritel dengan emas, properti, deposito, dan reksa dana, mari kita bahas lebih lanjut.Â
Emas.
Instrumen emas merupakan investasi paling populer di hampir semua kalangan di Indonesia, menurut survei Jaktap 48 persen masyarakat indonesia menginvestasikan uangnya di emas.
Dalam pengelolaan investasi, emas umumnya berfungsi sebagai instrumen lindung nilai atau hedging, mengingat atas aset yang dimiliki dari risiko tergerus inflasi serta menurunnya nilai tukar rupiah.
Gambaran sederhananya, kita merencanakan untuk membiayai anak masuk kuliah 5 tahun lagi, dan biaya masuk kuliah hari ini setara dengan 20 gram emas.