Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaafkan, Tapi Tak Melupakan, Sebuah Seni Hidup yang Rumit

10 Agustus 2024   18:34 Diperbarui: 10 Agustus 2024   20:53 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Forgive But Not Forget" atau "Memaafkan, Tapi Tak Melupakan" adalah sebuah frasa pendek yang sarat makna. Ia menggambarkan sebuah proses kompleks di mana kita memilih untuk melepaskan emosi negatif seperti kemarahan, dendam, atau kekecewaan, sambil tetap menyimpan ingatan akan pengalaman yang menyakitkan.

Konsep ini bisa diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari hubungan interpersonal hingga trauma pribadi, dari konflik sosial-politik hingga sejarah kelam umat manusia. Pada intinya, ini adalah tentang bagaimana kita berdamai dengan masa lalu tanpa harus menghapusnya dari ingatan.

Dalam konteks pribadi, "Forgive But Not Forget" menjadi sebuah perjalanan memaafkan diri sendiri atau orang lain atas kesalahan, luka, atau pengkhianatan. 

Kita semua pernah berbuat salah, baik besar maupun kecil. Mengakui kesalahan dan memaafkan diri sendiri adalah langkah awal untuk move on. Namun, memaafkan bukan berarti melupakan. Ingatan akan kesalahan tersebut menjadi pengingat untuk terus belajar dan berkembang.

Demikian pula saat kita disakiti atau dikhianati orang lain. Memaafkan bisa menjadi proses yang penuh perjuangan. 

Namun, memaafkan adalah tentang melepaskan beban emosional, bukan tentang melupakan apa yang telah terjadi. Mengingat pengalaman tersebut membantu kita melindungi diri dan menetapkan batasan yang sehat dalam relasi dengan individu lain.

Lantas, apakah ini berarti kita menyimpan dendam? Tentu tidak. 

Memaafkan adalah langkah penting untuk penyembuhan, sementara mengingat adalah tentang belajar dari pengalaman dan melindungi diri sendiri. 

Dengan memaafkan, namun tidak melupakan, kita dapat melepaskan beban emosional negatif, tumbuh dari pengalaman buruk, dan membangun masa depan yang lebih baik.

Belajar dari film "The Shawshank Redemption"

Film "The Shawshank Redemption", yang dianggap sebagai salah satu film terbaik sepanjang masa, menggambarkan konsep ini dengan sangat baik. Andy Dufresne, yang dipenjara atas tuduhan pembunuhan yang tidak dilakukannya, menghadapi ketidakadilan dan penderitaan yang luar biasa.

Namun, ia tidak menyerah pada kelindan ketidakadilan dan keputusasaan yang terjadi kepada dirinya.

Ia memaafkan, tetapi tidak melupakan. Ia menggunakan pengalaman tersebut untuk menguatkan dirinya, membantu orang lain, dan akhirnya meraih kebebasan.

"Forgive But Not Forget" adalah seni hidup yang rumit. Ia mengajak kita untuk berdamai dengan masa lalu tanpa harus menghapusnya dari ingatan. Dengan memaafkan, kita melepaskan beban emosional. Dengan mengingat, kita belajar dan tumbuh.

Pada akhirnya, "Forgive But Not Forget" adalah tentang menemukan keseimbangan antara memaafkan dan mengingat, sehingga kita dapat terus melangkah maju dengan bijaksana dan penuh harapan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun