Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

"What's Up? - 4 Non Blondes" Kilatan Kejayaan One Hit Wonder yang Abadi

26 Juli 2024   12:21 Diperbarui: 26 Juli 2024   22:31 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masa saya bertumbuh di era 1990-an , sebagai orang yang ada di garis perbatasan antara Generasi X dan Generasi millenial, sempat merasakan gelombang lagu-lagu yang masuk dalam kategori one hit wonder.

Era 1990-an  merupakan masa emas lagu-lagu one hit wonder bermunculan. Sebut saja misalnya "Give It To Me Good, yang dibawakan Trixter, "Jump Around",-House of Pain, "Breakfast at Tiffany,"-Deep Blue Something," Asareje"-Last Ketchup, "Mambo No.5"- Lou Bega, "How Do You Talk to An Angel"-The Height, hingga "What's Up"-4 Non Blondes.

Fenomena one hit wonder menggambarkan artis atau grup musik yang hanya berhasil mencapai puncak popularitas dengan satu lagu, namun kemudian hilang dan terlupakan.

Di antara deretan one hit wonder tadi,  ketika mendengar dan menonton penampilan empat perempuan cantik yang tergabung  dalam 4 Non Blondes dengan lagu hitsnya "What's Up?," di channel MTV, saya yakin seyakin-yakinnya bahwa lagu ini bakal menjadi semacam anthem rock alternatif sepanjang masa dan "4 Non Blondes" akan didaulat sebagai salah satu grup rock alternatif terbaik di dunia, yang berusia panjang, tak akan masuk dalam "keluarga besar" one hit wonder.

Asumsi itu, meskipun bisa jadi subjektif tapi rasanya cukup beralasan mengingat, "What's Up?" kala itu dengan cepat meroket ke puncak tangga lagu di berbagai negara, menjadi anthem bagi generasi muda saat itu yang merasa terasing dan mencari jati diri.

"What's Up?" bukanlah lagu cinta biasa. Liriknya yang ditulis oleh vokalis Linda Perry, menggambarkan rasa frustrasi, kebingungan, dan pencarian makna hidup yang dialami oleh banyak orang, terutama generasi X pada saat itu.

Pertanyaan "What's going on?" yang berulang kali dinyanyikan menjadi semacam jeritan hati yang mewakili perasaan banyak orang yang merasa tersesat di tengah hiruk-pikuk dunia.

Musik "What's Up?" juga tak kalah kuat. Riff gitar yang catchy, ketukan drum yang energik, dan vokal Linda Perry yang penuh power menciptakan sebuah lagu yang tak hanya enak didengar, tapi juga menggugah emosi. Lagu ini seakan menjadi teman bagi mereka yang merasa sendirian dan tak dimengerti.

Dengan kualitas seperti itu, tak heran jika kemudian "What's Up?" menjadi hits besar di seluruh dunia, menduduki puncak tangga lagu di Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan banyak negara lainnya. Lagu ini juga memenangkan berbagai penghargaan, termasuk MTV Video Music Award untuk Best Alternative Video

Dampak "What's Up?" tak hanya sebatas kesuksesan komersial. Lagu ini menjadi fenomena budaya pop, dinyanyikan dan diparodikan oleh banyak orang.

Liriknya yang sederhana namun mengena, membuat lagu ini mudah diingat dan dinyanyikan bersama. "What's Up?" juga menjadi lagu wajib di acara-acara karaoke dan pesta, bahkan hingga saat ini.

Sayangnya, kesuksesan "What's Up?" tidak diikuti oleh karya-karya 4 Non Blondes selanjutnya. Band ini hanya merilis satu album studio, "Bigger, Better, Faster, More!", sebelum akhirnya bubar pada tahun 1995.

Dan keyakinan saya terhadap grup band ini, bahwa mereka bakal terus menciptakan hit-hit berikutnya ternyata salah. Mereka malah menjadi bagian dari  "anggota" one hit wonder grup.

Sejatinya, fenomena one hit wonder adalah hal yang umum terjadi di industri musik. Banyak artis dan band yang mengalami kesulitan untuk mengulang kesuksesan awal mereka, baik karena perubahan selera publik, tekanan untuk menciptakan karya yang serupa, atau faktor-faktor lain.

Bagi sebagian artis, menjadi one hit wonder bisa menjadi kutukan. Label ini dapat melekat pada mereka sepanjang karier, membuat mereka sulit untuk lepas dari bayang-bayang lagu hits mereka.

Namun, bagi sebagian lainnya, diklasifikasikan sebagai "one hit wonder" bisa menjadi berkah. Lagu hits mereka dapat menjadi sumber penghasilan yang stabil melalui royalti dan penampilan live.

Namun, untuk penampilan live tak berlaku bagi 4 Non Blondes lantaran band yang didirikan tahun 1989 oleh empat orang perempuan, Linda Perry (vokal dan gitar), Christa Hillhouse (bass), Shaunna Hall (gitar), dan Wanda Day (drum), karena band ini bubar tak lama setelah hit "What's Up?," yang membawanya ke puncak kejayaan pada tahun 1994.

Terlepas dari apakah menjadi one hit wonder adalah kutukan atau berkah, fenomena ini tetap menjadi bagian menarik dari industri musik. Lagu-lagu one hit wonder seringkali memiliki daya tarik nostalgia yang kuat, mengingatkan kita pada masa-masa tertentu dalam hidup kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun