Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Gula, Racun Manis yang Harus Diwaspadai, Pelabelan dan Cukai Menjadi Penawarnya

13 Juli 2024   06:48 Diperbarui: 13 Juli 2024   06:49 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan deretan begitu banyak kerugian yang ditimbulkan oleh konsumsi gula berlebihan, sudah benar pelabelan kandungan gula dilakukan, demi mencegah korban-korban "gula" terus berjatuhan.

Pelabelan kandungan gula pada makanan dan minuman kemasan itu seperti "jendela" yang memberikan informasi penting. Kita bisa melihat seberapa banyak gula yang sebenarnya tersembunyi di balik ragam kemasan menarik itu, dan kita bisa membuat pilihan yang lebih bijak untuk kesehatan.

Namun demikian, pelabelan kandungan gula di kemasan tak akan ada artinya jika kita semua, masyarakat awam tak paham standar baku berapa kadar gula dalam setiap kemasan yang bisa dikonsumsi.

Di sinilah repotnya, karena kadar gula dalam makanan dan minuman yang layak dikonsumsi memang tidak memiliki batasan yang baku, karena kebutuhan gula setiap individu berbeda-beda tergantung usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, dan kondisi kesehatan.

Namun ada beberapa pedoman yang bisa dijadikan acuan untuk menjaga asupan gula, antara lain seperti yang direkomendasikan oleh Badan Kesehatan Dunia, WHO.

Rekomendasinya, konsumsi gula tambahan sebaiknya dibatasi hingga kurang dari 10% dari total asupan energi harian. 

Untuk orang dewasa dengan kebutuhan energi 2000 kalori per hari, ini berarti kurang dari 50 gram atau sekitar 12 sendok teh gula tambahan per hari. 

WHO bahkan menyarankan untuk membatasi konsumsi gula hingga kurang dari 5% dari total asupan energi harian untuk manfaat kesehatan yang lebih baik.

Meskipun pedomannya ada, persoalannya kemudian, kita kadang enggan untuk repot-repot menghitung "rumus" di atas. Hal ini lah yang menimbulkan keraguan terkait efektifitas pelabelan tersebut.

Tetapi bukan berarti pelabelan, tak nerpotensi untuk mengubah pola konsumsi gula masyarakat. Hanya saja tantangannya adalah bagaimana membuat informasi ini mudah dipahami oleh semua orang. 

Label yang terlalu rumit atau membingungkan justru akan membuat konsumen kesulitan mengambil keputusan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun