SBR013 yang penawarannya telah resmi ditutup pada Kamis 4 Juli 2024.
Animo masyarakat terhadap penawaran Surat Berharga Negara (SBN) ritel terbukti memang cukup tinggi. Hal tersebut tercermin lewat nilai pemesanan yang dicatatkanMengutip Kontan.co.id, hingga waktu pemesanan ditutup, dua sub seri SBR013 berhasil meraup investasi sebesar  Rp19,45 triliun. Dengan rincian, SBR013T2 yang memiliki tenor 2 tahun dipesan sebesar Rp14,49 triliun dengan jumlah investor sekitar 48 ribu orang.Â
Sementara SBR013T4 yang bertenor lebih panjang yakni 4 tahun, nilai pemesanannya sebesar Rp4,96 triliun dengan jumlah investor dikisaran 16 ribu orang.
Tambahan dari realisasi pemesanan SBR013, maka nilai total investasi yang berhasil diraup Pemerintah pada empat penerbitan SBN ritel dari awal tahun sampai dengan pertengahan tahun 2024, mencapai Rp81,18 triliun.
Angka tersebut merupakan setengah dari target Pemerintah untuk tahun 2024 yang berkisar antara Rp145-Rp160 triliun.
Dari sisi jumlah  investor, menurut catatan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risko Kementerian Keuangan (DJPPR-Kemenkeu), total investor yang berinvestasi di tiga penerbitan SBN ritel sebelumnya yakni seri ORI025, SR020, dan ST012 sebanyak  153.733 investor, dan 39.361 orang diantaranya merupakan investor baru.
Jadi dalam setiap penerbitannya, berhasil menarik investor baru rata-rata sekitar 30 persen dari  jumlah total investor.
Fakta keren ini, menunjukan appetite masyarakat untuk berinvestasi terus meningkat. Dapat diartikan bahwa tingkat inklusi keuangan masyarakat Indonesia mulai membaik dan upaya literasi keuangan yang secara masif dilakukan oleh para stakeholder di sektor jasa keuangan menunjukan hasil positif, meski masih belum ideal.
Menurut hasil survei yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan(OJK) yang dilakukan pada tahun 2022, indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia sebesar 49,68 persen, naik dibandingkan tahun 2019 yang hanya 38,03 persen.
Sementara indeks inklusi keuangan, mencapai 85,10 persen, naik dibandingkan tahun 2019 yang sebesar 76,19 persen.
Selain itu, tingginya minat masyarakat berinvestasi di SBN ritel merupakan hasil upaya Pemerintah, dalam hal ini DJPPR-Kemenkeu dan para mitra distribusi dalam memperkenalkan dan memasarkan produk investasi fixed income yang relatif baru, dibandingkan produksi investasi lain seperti saham atau reksadana, sehingga dikenal luas seperti sekarang.