Oleh sebab tersebut, menurut Direktur Pembiayaan Syariah  Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR-Kemenkeu), Dwi Irianti Hadiningdyah, seperti dilansir Bisnis.Com, Ia optimis penawaran ST012 akan mendapat sambutan meriah dari masyarakat.
Dwi berkeyakinan animo investor ritel domestik atas instrumen keuangan fixed income syariah ini akan cukup tinggi.
Gambaran tingginya animo investor tercermin dalam dua penerbitan SBN ritel di tahun 2024 sebelumnya, yakni dua sub seri ORI025 yang ditawarkan pada Januari 2024 dengan tingkat imbal hasil 6,25 persen per tahun untuk ORI025T3 Â dan 6,40 persen per tahun untuk ORI025T6, berhasil memobilisasi dana investor ritel domestik sebesar Rp. 23,92 triliun dengan total investor mencapai 52.236 individu.
Sedangkan SBN ritel kedua yang diterbitkan pada Maret  2024 ini, yaitu dua sub seri SR020 dengan tingkat imbal hasil 6,30 persen per tahun untuk SR020T3  bertenor atau jatuh tempo 3 tahun dan 6,40 persen per tahun untuk SR020T5 dengan tenor 5 tahun, berhasil menghimpun dana masyarakat sebesar Rp. 21,35 triliun dengan jumlah investor mencapai 63.090 orang.
Berapa Imbal Hasil ST012?
Mengenai besaran imbal hasil yang bakal ditawar ST012, Dwi menyebutkan bahwa Pemerintah saat ini masih dalam proses memperhitungkan agar nantinya penetapan imbal hasilnya berada dalam level yang masih menarik bagi investor dan tak terlalu memberatkan bagi anggaran negara.
Dalam hal menetapkan besaran imbal hasil pada setiap penawaran SBN ritel, mengutip keterangan dari Direktur Surat Utang Negara DJPPR-Kemenkeu, Deni Ridwan, Pemerintah mempertimbangkan lima aspek, yaitu Suku Bunga acuan BI, rata-rata suku bunga deposito bertenor di atas 12 bulan di bank-bank besar di Indonesia, tingkat suku bunga penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), imbal hasil SBN bertenor serupa di pasar sekunder, terakhir situasi dan kondisi ekonomi makro domestik dan global.
Aspek terakhir ini lah yang harus benar-benar dicermati mengingat situasi geopolitik dunia yang kian memanas pasca penyerangan Iran terhadap Israel.
Mengutip situs Market Watch, pasar obligasi di dunia saat ini mengalami kenaikan yield yang cukup tinggi, dan pastinya akan berpengaruh pada besaran yield SBN terbitan Pemerintah Indonesia, hal yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap besaran imbal hasil yang akan ditetapkan Pemerintah untuk ST012.
Tapi untuk lebih pastinya, kita tunggu pengumuman resmi penetapan imbal hasil ST012 dari Kemenkeu yang biasanya akan dilakukan 2 hari sebelum masa penawaran di mulai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H