ORI025 akan ditawarkan dengan menggunakan skema dual tranches, satu penerbitan dengan dua masa jatuh tempo atau tenor berbeda dan dua besaran imbal hasil atau kupon berlainan, sub seri ORI025 T3 bertenor 3 tahun dan ORI025 T6 yang masa jatuh temponya 6 tahun.
Pemerintah Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR-Kemenkeu) sudah memastikan bahwa Surat Berharga Negara (SBN) ritel seriInstrumen keuangan fixed income pelat merah ini rencananya bisa dipesan mulai 29 Januari 2024 sampai dengan 22 Februari 2024.
Kedua sub seri ORI025 tersebut memiliki karakteristik utama, berimbal hasil tetap atau flat rate hingga tenornya tuntas dan bisa diperjualbelikan kembali (tradeable) di pasar sekunder antar investor domestik.
Penerbitan ORI025 seperti halnya seri-seri SBN ritel yang telah terbit sebelumnya dan akan terbit di masa mendatang memiliki tujuan strategis, yakni sebagai alternatif investasi yang dijamin keamanannya, mudah dalam mendapatkannya lantaran transaksinya bisa dilakukan secara online, terjangkau karena minimal investasi awalnya hanya Rp. 1 juta, serta imbal hasilnya pun cukup menarik, pasti di atas suku bunga rata-rata deposito di bank-bank besar nasional.
Selain itu, Penerbitan ORI025 diharapkan akan memperdalam dan memperluas basis investor di dalam negeri khususnya di instrumen investasi SBN, yang pada ujungnya akan mendorong proses transformasi keuangan masyarakat dari saving oriented society menuju investing oriented society.
Jika transformasi ini berhasil dilakukan, kemandirian bangsa Indonesia dalam pembiayaan pembangunan nasional, dapat segera terwujud.
Proyeksi Imbal Hasil ORI025
Dari sisi masyarakat, investor dan calon investor selain faktor keamanan investasinya, hal terpenting lain adalah berkaitan dengan inbal hasil yang akan ditawarkan oleh ORI025.
Menurut Direktur Surat Utang Negara DJPPR-Kemenkeu, Deni Ridwan, untuk perkara imbal hasil yang ditawarkan, dipastikan bakal cukup menarik. Karena selalu mempertimbangkan kondisi terkini pasar keuangan, seperti level imbal hasil dari instrumen SBN bertenor serupa, dan berkesesuain dengan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI), serta rata-rata suku bunga deposito di atas 12 bulan di bank-bank besar nasional.
Adapun suku bunga acuan BI saat ini, mengutip hasil Rapat Dewan Gubernur BI Januari 2024 ini, masih tetap berada di angka 6 persen, dengan proyeksi akan menurun pada kuartal II atau III 2024 menyesuaikan dengan tingkat inflasi yang semakin terkendali di negara-negara maju.
Sementara, menurut data yang diperoleh dari PT. Penilai Harga Efek Indonesia, per 22 Januari 2024 kemarin, imbal hasil yang ditawarkan SBN bertenor 3 tahun sebesar 6,36 persen dan 6 tahun di angka 6,50 persen.Â
Sedangkan rata-rata suku bunga deposito di bank- bank besar nasional menurut Data Statistik Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terakhir, berada di kisaran 5,22 persen.