Pelaksanaan acara Debat Calon Presiden dan Wakil Presiden untuk Pemilihan Presiden ini, sebenarnya apa sih manfaatnya buat masyarakat Indonesia yang bakal  menggunakan hak pilihnya, selain menimbulkan kegaduhan dan menambah amunisi untuk saling serang antar pendukungnya di media sosial.
Tadinya, keberadaan debat capres dan cawapres bertujuan agar publik mengetahui visi dan misi setiap pasangan capres dan cawapres dalam rencananya jika kelak mereka menjadi pemimpin Indonesia.
Faktanya, dengan format debat seperti saat ini, masyarakat malah disuguhi gimmick-gimmick yang tak menyentuh hal-hal yang substansial. Debat hanya berkutat pada tataran normatif, mengedepankan ego, dan perasaan masing-masing kandidat. Bahkan banyak pihak yang berpendapat bahwa ini tak lebih dari obrolan biasa yang tidak jelas juntrungannya, tapi biayanya sangat besar.
Dalam hitungan menit, sepertinya agak sulit bagi siapapun termasuk para kandidat capres cawapres untuk memaparkan visi, misi, dan program kerjanya secara utuh.
Pada isu ekonomi, seperti yang menjadi topik pada perhelatan debat terakhir antar cawapres, meskipun dihujani istilah-istilah ekonomi yang kelihatannya canggih nan "keminggris" itu, apakah publik jadi tahu mau dibawa kemana ekonomi Indonesia, jika salah satu diantara mereka menjadi pemimpin di Negeri ini.
Apakah publik jadi paham, dari mana alokasi anggaran untuk program  masing-masing paslon, misalnya program makan siang dan susu yang diusung paslon nomor 02, Prabowo-Gibran.
Atau publik jadi mengerti dengan cara apa paslon Ganjar-Mahfud bakal membiayai program satu keluarga satu sarjana, menaikan gaji guru dan program mereka lainnya.
Pun kita dibuat bingung, bagaimana caranya dan dari mana duitnya paslon Anies-Muhaimin menjanjikan bahwa 40 kota akan ditingkatkan kapasitasnya menjadi setara Jakarta, jika mereka memenangkan Pilpres 2024 kelak.
Publik atau paling tidak saya masih belum mendapatkan informasi yang valid dan komprehensif tentang itu semua, sampai event debat itu selesai.
Mungkin akan berbeda jika format yang digunakan tak seperti debat semata, Â tapi di mix dengan event semacam diskusi panel.
Di acara debat awal, masing-masing paslon bersama tim kampanyenya diberi kesempatan untuk memaparkan program kerjanya secara komprehensif tentang ekonomi,politik, hukum,sosial, atau  budaya kemudian paparan itu digugat secara kritis oleh para panelis dan wakil masyarakat, langsung dan verbal.