Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Hasil Survey Litbang Kompas: Elektabilitas PDIP dan Ganjar-Mahfud Turun, Tak Perlu Membelah Cermin agar Muka Terlihat Kinclong

12 Desember 2023   11:27 Diperbarui: 12 Desember 2023   12:14 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah Senin (11/12/2023) kemarin, Litbang Kompas merilis hasil survei elektabilitas pasangan calon(paslon) presiden dan wakil presiden untuk hajatan Pemilihan Presiden 2024, hari ini Selasa(12/12/2023) Kompas mengumumkan hasil jajak pendapat tingkat keterpilihan partai politik yang akan berlaga dalam Pemilu 2024.

Mengutip Harian Kompas Edisi 12 Desember 2023, PDIP untuk pertama kalinya harus lengser dari singgasana pemilik elektabilitas tertinggi sepanjang 9 tahun terakhir, dikudeta oleh Partai Gerindra.

Tingkat elektabilitas PDIP menurut hasil survei yang dibiayai sendiri oleh Harian Kompas tersebut berada di posisi runner up dengan angka 18,3 persen, longsor 6,1 persen dibandingkan hasil survei Kompas pada Agustus 2023 lalu, yang sebesar 24 4 persen.

Pemimpin klasemen sementara elektabilitas Parpol kini diduduki oleh Partai Gerindra dengan tingkat keterpilihan mencapai 21,9 persen, meningkat 3 persen dibandingkan hasil survei lembaga yang sama Agustus 2023 lalu, dengan tingkat keterpilhan 18,9 persen.

Di posisi ketiga, ada Partai Golkar dengan elektabilitas 8 persen, naik tipis  0,8 persen dibandingkan survei Litbang Kompas sebelumnya.

Kemudian diikuti, berturut-turut diduduki, Partai Kebangkitan Bangsa(PKB) dengan elektabilitas 7,4 persen, Partai Nasdem 4,9 persen, Partai Keadilan Sejahtera(PKS) 4,5 persen, Partai Demokrat 4,4 persen, Partai Amanat Nasional(PAN) 4,1 persen dan partai lainnya di bawah ambang batas parlemen 4 persen.

Metodelogi yang digunakan Litbang Kompas adalah Random Sampling, dengan 1.365 responden dan margin of error 2,65 persen, sama seperti metodelogi yang dipakai saat melakukan survei elektabilitas paslon capres yang hasilnya sudah dirilis Senin (11/12/2023) kemarin.

Hasil survei parpol ini linier dengan elektabilitas paslon capres, di mana tingkat keterpilihan paslon capres dari Koalisi Prabowo Subianto-Gibran Rakabumingraka yang melejit ke level 39,7 persen dari sebelumnya 31,8 persen.

Di sisi lain, seperti halnya elektabilitas PDIP, tingkat keterpilihan Ganjar-Mahfud pun longsor cukup dalam, dari sebelumnya memimpin dengan angka 34,1 persen pada Agustus 2023, kini hanya tersisa 15,3 persen saja, bahkan lebih rendah dibandingkan paslon capres dari Koalisi Perubahan, Anies-Muhaimin yang elektabilitasnya 16,7 persen.

Menurut Litbang Kompas, turun drastisnya elektabilitas Ganjar-Mahfud yang linier dengan turunnya tingkat keterpilihan partai pengusungnya, lantaran terjadinya pergeseran yang terjadi di pemilih PDIP dan pemilih Presiden Jokowi.

Tadinya pemilih PDIP 66,7 persen yang memilih Ganjar-Mahfud, kini tinggal 40,7 persen. Pemilih Jokowi 2019 yang Agustus 2023 lalu memilih Ganjar ada di angka 48,1 persen, sekarang tersisa 27,4 persen saja.

Dan parahnya, ternyata degradasi elektabilitas paslon capresnya juga berimbas terhadap elektabilitas partai pengusungnya.

Meskipun menurut hasil survei yang sama, menemukan bahwa undecided voters masih sangat besar yakni 28,7 persen responden belum menentukan pilihan, yang artinya situasinya masih cair, dan masih sangat mungkin bagi PDIP dan paslon usungannya untuk bounce back mengejar ketertinggalan elektabilitas dari Prabowo-Gibran dan melewati tingkat keterpilihan Anies-Muhaimin.

Asal, tim sukses Ganjar dan PDIP segera melakukan evaluasi dan memetakan kondisi terkini secara menyeluruh cara mereka berkampanye dan menyampaikan narasi-narasi yang dibangunnya.

Bukan dengan cara menegasikan hasil survei dengan narasi-narasi yang kurang relevan dengan kondisi yang ada, atau  melalui rangkaian kalimat berbau teori konspirasi. 

Buruk muka, ya jangan cermin yang dibelah, dandani dan treatment lah muka itu, bila perlu lakukan operasi plastik, agar mukanya terlihat cantik atau ganteng, bukan dengan memecahkan cermin yang sejatinya hanya merefleksikan muka kita sebenarnya.

Oke lah saya tahu, fenomena hasil survei yang membuat publik lebih memilih pihak yang lebih diunggulkan dari hasil survei atau yang dikenal dengan bandwagon effect, itu ada. 

Namun bukan berarti pendukung PDIP dan Ganjar-Mahfud, terus menerus denial atas fakta hasil survei yang ada, dengan membangun narasi tak memercayai hasil survei, yang sejatinya mereka percayai, buktinya pemilihan Ganjar sebagai capres PDIP pun salah satu dasarnya karena hasil survei elektabilitasnya tinggi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun