Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Hasil Survei Capres, Dipercayai Pendukung Kala Hasilnya Tinggi, Ditolak Saat Rendah

11 Desember 2023   12:19 Diperbarui: 11 Desember 2023   13:53 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena  di dunia politik nasional yang cukup menarik terjadi beberapa hari belakangan setelah 3 Lembaga Survei Politik kredibel merilis hasil penelitian paling mutakhir, terkait elektabilitas pasangan calon presiden dan partai politik yang akan bertarung pada Pemilu 2024, 14 Februari mendatang.

Indikator Politik, lembaga survei  politik yang dikomandani Prof. Burhan Muhtadi merilis temuannya pada Sabtu 09 Desember 2023.

Mengutip rilis resmi Indikator Politik, dalam melakukan penarikan sampel mereka menggunakan metode multi stage random sampling, dengan jumlah responden sebanyak 1.200 orang dan margin of error 2,9 persen

Hasilnya, paslon capres  Prabowo Subianto-Gibran Rakabumingraka memiliki elektabilitas tertinggi dengan angka 45,8 persen, menyusul diperingkat ke-2 paslon Ganjar Pranowo-Mahfud MD di angka 25,6 persen, terakhir paslon AniesBaswedan-Muhaimin Iskandar dengan angka 22,8 persen, dan yang belum menentukan pilihan sebanyak 5,8 persen

Sementara, untuk partai politik pemilik elektabilitas tertinggi masih diduduki oleh PDIP dengan angka 23,5 persen, disusul Gerindra 16,9 persen, Golkar 10,8 persen, PKB 7,8 persen, Nasdem 6,3 persen, Demokrat 6 persen, PKS 5,5 persen, PAN 4,4 persen dan partai sisanya masih di bawah ambang batas parliamentery threshold 4 persen.

Lembaga Survei Indonesia yang merilis hasil surveinya pada Minggu 10 Desember 2023, lewat metodelogi serupa, dengan jumlah responden sebanyak 1.426 orang, dan margin of error 2,9 persen.

Hasil jajak pendapatnnya juga menempatkan paslon koalisi Indonesia Maju, Prabowo-Gibran sebagai pemilik elektabilitas tertinggi, 45,6 persen.

Sedangkan Paslon dari koalisi PDIP, Ganjar-Mahfud mendapat dukungan masyarakat sebesar 23,8 persen, dan di posisi ketiga paslon dari Koalisi Perubahan Anies-Muhaimin di angka 22,3 persen.

Untuk elektabilitas partai politik, PDIP masih memuncaki dengan 19,7 persen, kemudian berturut-turut Gerindra 18,2 persen, Golkar 10,5 persen, PKB 8,5 persen, Nasdem 5,8 persen, PKS 5,5 persen, Demokrat 5,4 persen, PAN 4,1 dan partai lainnya di bawah 4 persen.

Hasil Survei Litbang Kompas yang dirilis pada Senin 11 Desember 2023, dengan menggunakan metodelogi serupa dan jumlah responden sebanyak 1.364 orang dan margin of error 2,65, secara umum jajak pendapatnya menghadirkan sesuatu yang sedikit berbeda, meskipun hasil surveinya menempatkan paslon no urut 2 Prabowo-Gibran sebagai pemuncak elektabilitas capres dengan raihan 39,3 persen.

Berbeda dengan hasil survei dua lembaga survei sebelumnya, jajak pendapat Litbang Kompas menempatkan paslon nomor urut 1 Anies-Muhaimin di peringkat kedua dengan raihan 16,7 persen dan diurutan paling buncit paslon nomor urut 3, Ganjar-Mahfud, elektabilitasnya hanya 15,3 persen.

Namun, angka-angka elektabilitas paslon di atas masih sangat mungkin berubah, lantaran hasil jajak pendapat Litbang Kompas menemukan kondisi di mana jumlah undecided voters atau pemilih yang belum menentukan pilihan capres, cukup besar yakni 28,7 persen.

Fenomena yang saya maksud di paragraf awal tadi, bukan tentang latar belakang dari pergerakan teknis atau analisa mendalam hasil rilis lembaga survei bersangkutan, tetapi menyoroti reaksi dari para pendukung Paslon menyikapi hasil jajak pendapat lembaga survei yang saya anggap cukup menarik.

Lewat pengamatan di media sosial, saya menemukan kecenderungan para pendukung paslon capres menolak untuk memercayai hasil survei dari lembaga yang sudah dianggap kredibel sekalipun, jika paslon yang didukungnya, hasil surveinya menunjukan angka lebih rendah dibandingkan paslon lainnya.

Dan alasan yang mereka kemukakan pun terkesan tidak jelas, lebih mendekati teori konspirasi yang nyaris tak akan bisa dibuktikan.

Padahal pada saat lembaga survei yang sama melakukan survei sebelumnya, dan hasilnya jagoan mereka yang meraih posisi tertinggi, pendukung yang sama memercayai bahkan mengelu-elukannya hasil survei tersebut.

Dan mereka pun seolah lupa,saat pertama ketiga capres itu diusung koalisi parpol sebagai bakal capres, salah satu acuan utamanya adalah tingkat keterpilihan atau elektabilitas mereka yang diukur melalui survei yang dilakukan lembaga survei yang sama.

Kita tentunya masih ingat berbagai hasil jajak pendapat lembaga survei pada akhir 2022 atau pada bulan Mei, Juni, Juli 2023 menunjukan elektabilitas Ganjar paling moncer, para pendukungnya asyik-asyik saja mereka percaya betul survei itu bisa dijadikan acuan dan yakin betul dengan kredibilitas lembaga polsternya.

Tapi, ketika hasil survei jagoannya terjun bebas, ramai-ramai mereka meluncurkan narasi denial dengan framing macam-macam diantaranya dengan sebutan survei bayaran dan lain sebagainya.

Kalau mau berpikir logis, sebenarnya hasil survei ini bisa dijadikan sebagai evaluasi diri, mengapa kok elektabilitasnya terus merosot, apa yang salah dari cara berkampanyenya atau menganalisa kekurangan narasi yang disampaikan ke khalayak calon pemilih.

Hasil survei politik itu sejatinya mengutip pernyataan Prof. Burhan Muhtadi adalah hanya cuplikan sesaat saat survei itu dilakukan, bukan sesuatu yang pasti akan terjadi saat pemilu diselenggarakan.

Oleh sebab itu hasil survei itu bisa terus berubah tergantung situasi yang memengaruhinya, jadi kenapa harus terus denial  hasil survei yang ada, sikapi dengan propered agar mampu bounce back.

Bekerja lebih keraslah, ubah pendekatan kampanyenya, perbaiki narasi yang digaungkannya, tak guna juga menolak kenyataan.

Tapi ya itulah, terkadang kita ini tak pernah siap dengan kenyataan buruk, siapnya ya cuma melihat dan mendengar sesuatu yang kita mau saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun